Ternyata Telur Itu Tak Ada di Bawah Daun

Rayakan Paskah, Anak Sekolah Minggu HKBP Bintancenter Tanjungpinang Berebut Cari Telur
Anak-anak ini sedang menunggu aba-aba hitungan satu sampai lima. Posisi kaki dan badan sudah mantap. Siap-siap untuk berlari. Mata tertuju pada tumpukan rumput kering, daun talas dan juga asoi.
Oleh : Martunas Situmeang
MEREKA adalah anak-anak Sekolah Minggu (jemaat) Gereja HKBP Bintancenter Tanjungpinang, Provinsi Kepri. Anak-anak ini mulai berbaris di tanah kosong samping gereja tersebut, Minggu (20/4/2025) sekitar pukul 05.50 WIB.
Ketika hitungan guru Sekolah Minggu sudah sampai di angka Lima, burrr..mereka berlarian menuju tumpukan rumput kering yang ada di depan mata.
Sebagian langsung menyingkap daun talas, ada yang berlari ke ujung lapangan serta melempar tumpukan rumput. Dengan sigap tangan-tangan mungil itu sangat cepat mengambil bungkusan yang tersembunyi di bawahnya.
Kemudian berlari lagi ke tempat lain membuka daun talas. Ops, dapat lagi satu bungkusan. Berlari lagi, cari lagi. Kosong. Sudah duluan diambil yang lain.
Yang lambat bergerak tidak kebagian apa-apa. Hanya mengikuti teman-temannya dari belakang. Ketemu tumpukan rumput, ramai-ramai menyibak. Sama-sama tertawa karena isinya kosong. Isi tumpukan itu sudah duluan diambil yang lain.
Ada juga orang tua yang mengarahkan anaknya ke samping tembok. “Nak, cari di dekat tembok itu. Kadang ada yang disembunyikan disana,” terdengar arahan orangtua.
Anak-anak lain ikut mendengarnya, ramai-ramai menuju tembok. Dicari, tak ada apa-apa disana. Si anak bengong, mau mencari kemana lagi.
Mereka makin penasaran karena belum dapat bungkusan. Sementara sebagian anak yang lain ada yang dapat dua, tiga hingga lima bungkusan.
Anak-anak yang lain masih terus semangat mencari. Bahkan, ada yang mencoba memasuki semak-semak. Dengan cepat, guru Sekolah Minggu mengingatkan mereka.
“Anak-anak, tak ada disana. Gak usah masuk ke situ (semak-semak),” ujar sang guru.
Anak-anak ini kembali berputar-putar di lapangan kecil itu seraya membalik-balikkan semua rumput dan daun yang ada. Tetap saja tak ada bungkusan itu.
Bahkan, satu daun itu bolak-balik hingga lima kali diangkat anak-anak ini. Lucu dan seru melihatnya.
Si anak pertama baru saja mengangkat daun itu lalu melihat isinya, ternyata tak ada bungkusan disana. Setelah itu diletakan kembali di tanah.
Datang lagi anak yang lain mengangkat daun itu, isinya kosong. Begitu pula dengan anak ketiga dan lainnya. “Gak ada disini,” ujar si anak terakhir.
Tak lama setelah pencarian bungkusan itu, para guru pun mengumpulkan mereka dan disuruh berbaris. Kemudian dipanggil ke depan siapa yang paling banyak dapat telur.
Yang dapat paling banyak akan menjadi Juara I, demikian hingga juara ketiga. Banyak yang tak dapat apa-apa. Bahkan, ada juga anak-anak ini yang menangis dan mengadu pada ayahnya lantaran tak dapat apa-apa.
Isi bungkusan itu adalah telur rebus. Acara ini merupakan tradisi memperingati Paskah atau Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Meski tak semua anak-anak dapat telur paskah, namun tetap kebagian minuman ringan dan telur rebus. Bedanya, yang dapat banyak menjadi juara dan dapat hadiah.
Tradisi mencari telur ini sekaligus pembelajaran bagi-anak-anak akan Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus setelah tiga hari dikubur.
Yesus meninggal pada hari Jumat. Dimana umat Nasrani memperingatinya dengan kebaktian yang kemudian disebut Jumat Agung.
Hari ketiga setelah kematian yakni hari Minggu, Yesus bangkit dari kubur. Umat Nasrani merayakan kebangkitan Yesus dengan kebaktian pagi dan siang.
Untuk anak-anak, perayaan Paskah dilakukan setelah kebaktian pagi bersama orangtua di gereja tersebut, setelah itu mereka disuruh berbaris, diberi arahan sebelum mencari telur.
Perayaan Paskah ini merupakan momen yang ditunggu anak-anak Sekolah Minggu setiap tahun. Mereka begitu bahagia setiap kali momen ini tiba.
Guru Sekolah Minggu membagi mereka menjadi empat bagian (Horong) yakni, anak-anak yang belum sekolah (TK), Horong Kelas I-II SD, Horong Kelas III-IV SD dan Horong Kelas V-VI SD.
Sedangkan siswa SMP tidak masuk lagi bagian Sekolah Minggu karena sudah masuk dalam Horong Remaja. Mereka tidak diikutsertakan lagi mencari telur paskah.
Suasana lingkungan gereja saat itu sangat ramai karena orangtua juga ikut menonton mereka saat mencari telur. Tingkah mereka di lapangan membuat orangtua terkekeh.
Momen ini tentu saja tak luput diabadikan baik dalam bentuk foto maupun video. Bahagia juga dirasakan para orangtua. “Sampai jumpa tahun depan,” ucap salah satu orangtua sambil tertawa lepas.
Siang harinya kebaktian dilakukan di gereja. Hari Minggu kemarin disebut perayaan Paskah pertama. Paskah kedua juga dilakukan dengan kebaktian di gereja pada, Senin (21/4/2025) pagi ini.
Sebelumnya, kebaktian Malam Passion I sudah dilakukan di gereja itu pada, Rabu (16/4/2025) dan juga kebaktian Malam Passion II pada, Kamis (17/4/2025).
Kemudian kebaktian pada Jumat Agung sekaligus perjamuan kudus. Dilanjutkan dengan kebaktian Paskah pertama dan Paskah kedua, pada Minggu dan Senin hari ini.
Adapun pendeta yang memimpin kebaktian pagi pada Minggu adalah Pdt Zainal Abidin Simanjuntak, M.Div selaku Pendeta Resort HKBP Tanjungpinang.
Sedangkan semua kebaktian lainnya dipimpin Pdt Ruben Siregar STh selaku pimpinan jemaat HKBP Bintancenter Tanjungpinang. Kebaktian itu selalu ramai diikuti jemaat.
Adapun pemahaman atau pengertian dari telur paskah itu adalah sebagai simbol kehidupan baru. Yesus yang telah mati di kayu salib, kemudian bangkit kembali.***
Editor : Abas


