Napak Tilas Warisan Sejarah, Pelajar Kunjungi Sejumlah Cagar Budaya Tanjungpinang

TANJUNGPINANG – Kota Tanjungpinang tak hanya dikenal dengan berbagai objek wisatanya yang menarik, namun kota ini juga menyimpan sejuta kejadian besar masa lalu.
Bahkan, hingga kini masih banyak bukti-bukti bagaimana kemegahan kerajaan Melayu dulu di kota ini. Perjalanan panjang ratusan tahun silam itu pun telah berlalu.
Banyak yang ingin tahu seperti apa sejarahnya. Bukti-bukti yang ada saat ini masih dilestarikan dan menjadi warisan budaya serta sejarah.
Tak ingin melupakan masa lalu pengabdian tokoh-tokoh besar di negeri Melayu ini, sejumlah siswa dari SMP-IT As Sakinah menggelar perjalanan edukatif.
Didampingi beberapa guru, mereka melakukan napak tilas ke sejumlah cagar budaya di Tanjungpinang guna menelusuri warisan sejarah di kota ini, Selasa (25/2/2025).
Kunjungan melibatkan 65 siswa dan guru pendamping dimulai dari Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah (SSBA), tempat yang menyimpan berbagai koleksi benda peninggalan Kesultanan Riau-Lingga dan kolonial Belanda.

Dengan penuh antusias, para siswa mendengarkan penjelasan pemandu mengenai artefak bersejarah, foto-foto lama yang menjadi gambaran nyata kondisi zaman itu.
Banyak juga manuskrip yang menceritakan bagaimana Tanjungpinang pernah menjadi pusat perdagangan internasional dan berkembang intelektual Melayu.
“Kegiatan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya melestarikan peninggalan sejarah serta memahami peran Tanjungpinang dalam peradaban masa lalu,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang, Muhammad Nazri.
Museum itu, sambung dia, menjadi bukti nyata bahwa sejarah bukan sekadar cerita, tetapi juga jejak yang dapat ditemukenali melalui peninggalannya.
Sebelum meninggalkan museum, para siswa disuguhkan dengan film dokumenter mengenai perjuangan Raja Haji Fisabilillah (RHF) di studio mini milik museum.
RHF sendiri merupakan salah satu dari tiga pahlawan nasional dari Provinsi Kepri yang berperang melawan penjajah dan mempertahankan kerajaan Melayu.
Dari museum, perjalanan dilanjutkan ke Kota Lama Tanjungpinang, kawasan yang dipenuhi bangunan tua bergaya kolonial dan Melayu.
Di sepanjang perjalanan, siswa dikenalkan dengan sejarah perkembangan kota serta bagaimana interaksi budaya dan perdagangan membentuk identitas Tanjungpinang.
“Kawasan ini menjadi pengingat bahwa Kota Tanjungpinang pernah menjadi pusat aktivitas maritim yang strategis dalam jalur perdagangan nusantara,” ujar Nazri.
Para siswa juga berkunjung ke Makam Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah dan Makam Yang Dipertuan Muda (YDM) Daeng Marewa.
Para siswa dan guru pendamping dikenalkan dengan berbagai macam sumber informasi mengenai riwayat kesultanan hingga keturunan kerajaan yang disampaikan oleh staf bidang cagar budaya dan didampingi oleh Juru Pelihara (Jupel) Cagar Budaya.
Kemudian, para siswa diajak untuk mempelajari dan memperhatikan corak arsitektur peninggalan makam-makam kerajaan yang ada di lokasi tersebut.
Puncak perjalanan kegiatan ini adalah kunjungan ke Kota Rebah di Sungai Carang, situs yang menyimpan sisa-sisa kejayaan Kesultanan Riau-Lingga.
Para siswa antusias mendengarkan informasi sejarah tentang perjalanan Kota Tanjungpinang yang telah menginjak usia ke-241 tahun, sambil menikmati suasana alam terbuka.
Selain melihat langsung fondasi bangunan istana dan kompleks pemerintahan yang kini hanya tersisa puing-puing, mereka juga belajar tentang bagaimana Sungai Carang pernah menjadi pusat pemerintahan sebelum akhirnya ditinggalkan.

“Pengalaman ini mengajarkan bahwa setiap peninggalan sejarah memiliki cerita yang harus ditemukenali, agar generasi muda tidak kehilangan jejak masa lalu mereka,” tutur Nazri.
Kegiatan ini, menurutnya, menegaskan bahwa cagar budaya bukan sekadar situs bersejarah, tetapi juga ruang belajar yang hidup bagi generasi penerus. Peninggalan sejarah di Tanjungpinang perlu terus dikenalkan agar tidak hilang ditelan zaman.
Dengan memahami dan mengapresiasi warisan budaya, para siswa diharapkan tumbuh menjadi individu yang peduli terhadap sejarah dan berperan aktif dalam pelestariannya. Sejarah bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dipelajari dan diwariskan.

“Dengan menelusuri jejak kejayaan masa lalu, kita dapat membangun kesadaran bahwa identitas suatu daerah tidak hanya dibentuk oleh masa kini, tetapi juga oleh perjalanan panjang leluhur kita,” jelas Nazri.
Ke depan, Disbudpar Tanjungpinang melalui Bidang Sejarah dan Cagar Budaya akan lebih mempromosikan kegiatan sejarah dan pengenalan cagar budaya dengan konsep tour heritage dan peningkatan sarana serta prasarana di lokasi cagar budaya bagi kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
“Sejarah adalah jati diri suatu bangsa, dan mengenalkannya kepada generasi muda merupakan langkah penting dalam menjaga warisan budaya,” tutup Nazri. (ADV)
Editor : Martunas