BATAM

Menjaga Cahaya Qurani di Kota Batam — Kisah dari Pelantikan Pengurus LPTQ 2025–2030

BATAM, katasiber – Di sebuah ruangan yang hangat di Kantor Wali Kota Batam, Selasa (30/12/2025), suasana hening sejenak ketika nama-nama pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kota Batam periode 2025–2030 dipanggil satu per satu.

Di antara mereka, terpancar wajah-wajah penuh harap sebuah tanda bahwa amanah yang dipikul bukanlah tugas biasa.

Ini bukan sekadar jabatan organisasi, melainkan tanggung jawab merawat generasi Qurani di sebuah kota yang terus tumbuh sebagai pusat peradaban modern.

Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, berdiri di hadapan para pengurus dengan nada suara yang tenang. Bagi Amsakar, LPTQ tidak hanya bicara tentang lomba MTQ atau podium juara.

Di dalamnya ada proses panjang: anak-anak yang belajar mengeja ayat pertama, remaja yang berlatih tilawah hingga larut malam, serta para pembina yang setia mendampingi tanpa pamrih.
“Batam bukan hanya ingin mempertahankan gelar juara. Lebih dari itu, kita ingin melahirkan generasi yang mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” ucapnya.

Di barisan depan, Firmansyah, Sekretaris Daerah Kota Batam yang kini dipercaya menakhodai LPTQ periode baru, tampak menundukkan kepala sejenak.

Bukan karena beban, melainkan rasa syukur. Ia tahu, di balik setiap prestasi LPTQ, ada kisah anak-anak yang menyimpan mimpi tentang panggung MTQ, tentang doa orang tua, tentang harapan untuk bisa membawa nama kampungnya.

Firmansyah menyadari, keberhasilan Batam di ajang MTQH selama ini tidak lahir dari kerja satu-dua orang. Ada guru mengaji di kampung-kampung, ada ustazah yang mengasuh santri kecil, ada relawan yang menyiapkan tempat latihan.

“Keberhasilan itu lahir dari kolaborasi. Dari keikhlasan banyak orang. Karena itu, kami ingin pembinaan dibuat lebih terarah, menyentuh sampai ke akar rumput,” tuturnya.

Ia menyebut Batam memiliki banyak bibit unggul—anak-anak yang suara tilawahnya jernih, penghafal Al-Qur’an yang rendah hati, hingga remaja yang tumbuh dengan kecintaan pada kalam Ilahi.

Tantangannya kini bukan sekadar mencari juara baru, melainkan menjaga agar mereka terus dibina, didampingi, dan diberi ruang berkembang.

Amanah yang Ingin Didedikasikan
Di tengah sesi pelantikan, beberapa pengurus tampak saling berbisik pelan. Mereka bercerita tentang pengalaman pertama mendampingi santri lomba, tentang perasaan haru saat mendengar anak bimbingannya berhasil melafazkan ayat dengan merdu.

Karena itu, ketika Firmansyah mengajak seluruh pengurus untuk “mewakafkan diri” bagi LPTQ, suasana ruangan terasa semakin hidup. Kalimat itu bukan slogan melainkan komitmen.

Dana hibah yang diberikan pemerintah daerah, kata Firmansyah, bukan sekadar angka dalam laporan. Itu adalah investasi untuk masa depan anak-anak Batam.

Ke depan, LPTQ Batam akan menghadapi agenda penting: persiapan MTQH tingkat Kota Batam 2026, sekaligus menjaga tradisi juara di tingkat Provinsi Kepulauan Riau.

Namun bagi para pengurus, capaian bukan satu-satunya tujuan. Yang lebih penting adalah proses pembinaan yang tidak terputus di rumah-rumah tahfiz, di TPQ kecil, di masjid-masjid lingkungan.
Di luar gedung pelantikan, angin sore Batam berembus pelan.

Kota ini terus tumbuh, gedung-gedung bertambah, aktivitas ekonomi bergerak cepat. Namun di balik denyut pembangunan, ada sesuatu yang ingin tetap dijaga: cahaya Al-Qur’an yang hidup dalam hati warganya.

Pelantikan pengurus LPTQ kali ini bukan hanya awal periode kerja. Ia adalah janjisebuah tekad untuk terus menanam nilai, membina karakter, dan menjaga generasi Qurani agar tetap tumbuh di tanah Batam. (bs)

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *