OPINI

Porprov Kepri 2026 dan PR Besar Infrastruktur Olahraga Tanjungpinang

Oleh Abas : Sekretaris SIWO PWI Kepri

Penetapan Kota Tanjungpinang sebagai tuan rumah tunggal Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kepulauan Riau 2026 sejatinya adalah kabar yang patut disyukuri.

Keputusan ini ditetapkan dalam Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) KONI Kepri, Rabu (17/2025), dan secara simbolis ditandai dengan penyerahan SK tuan rumah dan bendera Porprov dari Ketua Umum KONI Kepri, Usep RS, kepada Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang, Zulhidayat.

Namun di balik status “sah” tersebut, publik olahraga Kepri terutama para pemerhati dan insan olahraga berhak bertanya, apakah Porprov 2026 akan menjadi momentum kebangkitan sarana dan prestasi olahraga Tanjungpinang, atau sekadar pengulangan seremoni tanpa lompatan berarti?

Tanjungpinang bukan kota asing dalam sejarah Porprov Kepri. Kota ini pernah menjadi tuan rumah Porprov pertama tahun 2008, kemudian kembali dipercaya pada Porprov 2019, dan kini untuk ketiga kalinya pada 2026.

Dengan rekam jejak tersebut, ekspektasi publik seharusnya tinggi bukan hanya soal sukses penyelenggaraan, tetapi juga warisan infrastruktur olahraga yang ditinggalkan.

Sayangnya, hingga kini, pembangunan sarana olahraga di Tanjungpinang justru terkesan stagnan, bahkan tertinggal. Sebagai ibu kota provinsi, kondisi ini ironis.

Sebagai wartawan olahraga yang pernah meliput Pekan Olahraga Nasional (PON) Kalimantan Timur 2008, dan PON Riau 2021, lalu di mana saat itu Kepri pertama kali mengirimkan atlet pasca berpisah dari Provinsi Riau, perbandingan terasa begitu kontras.

Banyak venue olahraga di Tanjungpinang hingga kini belum memenuhi standar, bahkan untuk level provinsi.

Minim Venue, Risiko Nyata

Ambil contoh cabang olahraga voli. Hingga hari ini, Tanjungpinang belum memiliki Gedung Olahraga (GOR) indoor yang representatif.

Pada Porprov 2008, pertandingan masih menggunakan GOR Kacapuri, yang kini kondisinya sudah tidak layak dan mengkhawatirkan dari sisi keselamatan.

Alternatifnya, pertandingan voli kerap digelar di lapangan outdoor Tugu Pensil di tepi laut. Konsekuensinya jelas jika hujan, pertandingan terpaksa dihentikan.

Angin laut menyulitkan atlet membaca arah dan kecepatan bola, bahkan ranting pohon kerap jatuh ke lapangan. Ini bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi juga soal fairness dan keselamatan atlet.

Cabang renang pun menghadapi persoalan serupa. Kolam Renang Dendang Ria memang masih digunakan, namun belum berstandar nasional. Padahal, Porprov seharusnya menjadi ajang pembinaan prestasi, bukan sekadar formalitas pertandingan.

Dua Periode, Minim Terobosan

Selama dua kali Tanjungpinang menjadi tuan rumah Porprov, pembangunan sarana olahraga belum menunjukkan akselerasi signifikan. Di tingkat provinsi, Gubernur Kepri Ansar Ahmad telah memasuki dua periode kepemimpinan. Fakta bahwa sarana olahraga di ibu kota provinsi belum berkembang optimal menjadi catatan serius.

Padahal, Ansar Ahmad juga menjabat sebagai Ketua Pengprov PSSI Kepri dan Ketua Pengprov Persatuan Golf Indonesia (PGI) Kepri. Posisi strategis ini seharusnya menjadi modal kuat untuk mendorong kebijakan pro-olahraga secara lebih konkret dan merata, khususnya di Tanjungpinang.

Ke depan, Kepri membutuhkan kepala daerah yang benar-benar menempatkan olahraga sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar agenda seremonial.

Minimnya sarana olahraga juga berdampak langsung pada prestasi. Hingga kini,

Kepri belum pernah menembus 15 besar, apalagi 10 besar, dalam ajang multi-event nasional seperti PON. Pembinaan atlet di kabupaten/kota belum maksimal, salah satunya karena keterbatasan fasilitas.

Ironisnya, meski Tanjungpinang dua kali menjadi tuan rumah Porprov, Batam justru menjadi lumbung atlet berprestasi Kepri. Banyak atlet andalan Kepri di level nasional berasal dari Batam, kota yang relatif lebih progresif dalam pembangunan fasilitas olahraga.

Secara logika, Tanjungpinang seharusnya memiliki sarana olahraga lebih lengkap dan lebih baik dibanding daerah lain, mengingat statusnya sebagai ibu kota provinsi dan tuan rumah Porprov berulang kali.

Ketua KONI Tanjungpinang, Abdul Halim, memastikan bahwa Tanjungpinang sah menjadi tuan rumah Porprov Kepri 2026, yang direncanakan digelar pada Oktober atau November 2026. Keputusan resmi ini bukan akhir, melainkan awal dari ujian sesungguhnya.

Porprov 2026 harus menjadi titik balik, bukan sekadar pengulangan agenda. Jika kesempatan ketiga ini kembali berlalu tanpa pembangunan sarana olahraga yang memadai, maka Porprov hanya akan tercatat sebagai agenda rutin, bukan sebagai pendorong kemajuan olahraga Kepri.

Publik olahraga menunggu: akankah Porprov 2026 melahirkan warisan nyata bagi Tanjungpinang dan Kepri, atau hanya meninggalkan spanduk dan baliho? (***)

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *