Musim Hujan, Petani Dompak Berikhtiar Agar Tanaman Tetap Sehat

DOMPAK, katasiber – Petani adalah profesi yang kerap bekerja dalam sunyi, namun hasil jerih payahnya dinikmati oleh banyak orang.
Di tengah musim hujan dan cuaca ekstrem seperti saat ini, para petani di Dompak tetap berikhtiar agar tanaman mereka tumbuh sehat dan produktif.
Di lahan-lahan pertanian Dompak, berbagai komoditas seperti semangka, cabai, timun, jagung, melon, hingga timun suri menjadi sumber penghidupan sekaligus penopang kebutuhan pangan masyarakat.
Namun, musim hujan menghadirkan tantangan tersendiri. Curah hujan tinggi, kelembapan berlebih, serta cuaca yang tak menentu memaksa petani bekerja lebih keras dari biasanya.
Sabtu pagi (13/12/2025), hujan turun sejak dini hari. Kondisi ini membuat sebagian petani tidak bisa turun ke kebun.
Alih-alih berdiam diri, mereka memilih bersilaturahmi sesama petani. Di bawah atap sederhana, obrolan seputar tanaman mengalir hangat, ditemani kopi panas dan bakwan jagung hasil olahan dari panen sendiri.
Di antara mereka, Diky Saputra, petani muda Dompak, menjadi salah satu sosok yang mencerminkan semangat generasi baru pertanian.
Ia menekuni dunia bercocok tanam dengan penuh kesungguhan, meski tantangan alam kian berat.
“Musim hujan ini petani harus kerja ekstra. Perawatan tanaman harus lebih intens supaya tetap sehat dan tumbuh subur,” ujar Diky.
Menurutnya, ancaman terbesar di musim hujan bukan hanya genangan air, tetapi juga serangan penyakit tanaman, terutama jamur dan bercak daun. Kelembapan tinggi membuat penyakit mudah berkembang dan menyerang daun maupun batang tanaman.
“Yang harus dijaga ketat saat musim hujan itu penyakit mercak daun dan jamur. Kalau lengah sedikit, tanaman bisa rusak,” katanya.
Diky yang dikenal memiliki keterampilan dalam membudidayakan berbagai jenis tanaman hortikultura ini menegaskan bahwa bertani bukan sekadar pekerjaan, tetapi bentuk pengabdian. Baginya, petani adalah garda terdepan ketahanan pangan.
“Petani itu pekerjaan yang mulia. Ayo bercocok tanam. Petani itu pahlawan pangan. Tanaman yang sudah ditanam harus dirawat sebaik mungkin,” ucapnya penuh semangat.
Ia juga menepis anggapan bahwa kondisi tanah di Tanjungpinang yang sebagian merupakan bekas tambang bauksit tidak cocok untuk pertanian. Menurutnya, dengan pengolahan yang tepat dan perawatan yang konsisten, lahan tetap bisa produktif.
“Memang banyak tanah berbatu dan bekas bauksit. Tapi kalau lahannya diolah dengan baik, diberi pupuk yang tepat, tanaman tetap bisa tumbuh dengan baik,” jelas Diky.
Di tengah hujan yang terus turun, para petani Dompak tetap menyimpan harapan. Setiap tetes air yang jatuh adalah ujian, namun juga doa agar tanah tetap subur. Dengan kerja keras, kebersamaan, dan ketekunan, mereka terus menjaga tanaman menjaga harapan agar dapur-dapur masyarakat tetap mengepul. (bs)


