Bukan Pesta, Tapi Cinta: NasDem Kepri Peringati HUT ke-14 Lewat Ziarah, Doa, dan Kepedulian

BATAM — Tak ada pesta megah. Tak ada panggung besar atau lampu sorot yang gemerlap. Namun ada getar rasa, ketulusan, dan cinta yang sederhana yang mewarnai peringatan Hari Ulang Tahun ke-14 Partai NasDem di Kepulauan Riau, Sabtu (9/11/2025)
.

Dengan mengusung tema “Konsisten Membawa Arus Perubahan,” keluarga besar Partai NasDem Kepri memilih merayakan hari jadinya dengan cara yang lebih bermakna—menyusuri perjalanan spiritual dan sosial yang mengikat hati antar kader.
Ziarah untuk Sang Pejuang: Mengenang Nyat Kadir

Pagi hari, langkah pertama mereka dimulai dari TPU Sei Temiang, Batam. Suasana tenang menyelimuti makam almarhum Nyat Kadir, tokoh yang membesarkan Partai NasDem di Kepri dan mantan Wali Kota Batam yang hingga akhir hayatnya menjabat sebagai anggota DPR RI.
Taburan bunga, lirih doa, dan kepala yang tertunduk dalam diam menjadi bentuk penghormatan bagi sosok yang dianggap “guru” oleh banyak kader.

“Beliau bukan hanya kader, tapi juga guru bagi kami semua. Pengabdian dan keikhlasannya menjadi teladan,” tutur Dewi Socowati, Sekretaris Panitia HUT NasDem Kepri, dengan suara bergetar, dilansir inikepri.

Bagi kader NasDem, Nyat Kadir bukan sekadar nama, melainkan simbol pengabdian dan ketulusan yang terus menginspirasi perjalanan partai.
Berbagi Bahagia di Rumah Singgah
Dari pemakaman, rombongan bergerak ke Rumah Singgah Ar-Rahman Rusli dan Firza Paloh. Di sini, suasana berubah hangat dan penuh tawa.
Anak-anak di panti dan warga sekitar menyambut kehadiran para kader dengan senyum tulus.

Bantuan sembako dibagikan, bukan sebagai simbol seremonial, melainkan wujud nyata pesan moral partai: politik untuk kemanusiaan.
“Partai ini berdiri untuk memberi, bukan sekadar berkuasa,” ucap Muhammad Kamaluddin, Ketua Panitia HUT NasDem Kepri sekaligus Ketua DPRD Kota Batam.
Nilai-nilai sosial ini menjadi fondasi perjuangan Partai NasDem yang diwariskan langsung oleh Ketua Umum Surya Paloh, agar kader di setiap daerah tak pernah jauh dari rakyat kecil dan lembaga sosial.

Doa dan Air Mata di Pesantren Al Fadlu 7
Menjelang siang, perjalanan berlanjut ke Pondok Pesantren Al Fadlu 7, Nongsa, Batam. Langit tampak mendung, namun suasana di dalam pesantren penuh cahaya spiritual.
Para santri menyambut dengan tarian Saman, persembahan istimewa untuk Ketua Umum Surya Paloh—putra tanah Aceh, tempat tarian itu berasal.
Tepukan ritmis tangan berpadu dengan lantunan doa, menciptakan harmoni yang menyentuh hati.

“Saya di sini bukan karena hebat. Saya sampai di titik ini berkat doa orang-orang baik dan kepercayaan dari Pak Surya Paloh dan Bang Pietra Paloh. Tanpa mereka, mungkin saya tak duduk di posisi ini,” katanya dengan nada lirih.
Air mata jatuh pelan di pipinya. Ia menatap ke arah para santri dan melanjutkan,
“Saya hanya ingin memastikan pondok ini terus hidup. Dari sinilah semua berawal.”
Suasana hening. Beberapa kader ikut menunduk, larut dalam keharuan yang sama.
Cinta, Doa, dan Perjuangan
Anggota DPRD Provinsi Kepri Tengku Afrizal Dahlan menambahkan semangat baru dalam acara tersebut. Ia menilai perjalanan NasDem sebagai sesuatu yang luar biasa.
“Partai ini masih muda, tapi capaian kita besar. Secara nasional NasDem masuk lima besar, dan di Kepri kita berada di posisi tiga besar. Tapi yang terpenting, semua ini karena dukungan rakyat. Mari terus berjuang dengan hati yang bersih,” ujarnya.
Sementara itu, Pietra Machreza Paloh, Koordinator Wilayah NasDem Kepri, berbicara dengan nada yang lembut namun penuh makna. Saat santri mempersembahkan lagu “Beungong Jeumpa,” wajahnya tampak menerawang.
“Lagu itu membawa saya bernostalgia. Dulu, ibu saya sering menyanyikannya saat saya kecil. Mendengarnya di pondok ini membuat saya terharu,” katanya pelan.
Ia menatap para kader satu per satu.
“Mari kita jadikan momen ini untuk mempererat persaudaraan. Lupakan hal-hal kecil yang mungkin pernah terjadi. Fokus pada perjuangan besar. Ingat, Ketua Umum kita telah mencurahkan segalanya untuk partai ini. Mari lanjutkan perjuangan itu dengan hati yang tulus.”
Politik yang Menyatu dengan Doa
Menjelang sore, acara ditutup dengan penyerahan santunan kepada para santri Al Fadlu 7. Tak ada gemerlap, hanya ketulusan dan rasa syukur yang sederhana.
Hari itu, Partai NasDem Kepri tak hanya memperingati ulang tahun. Mereka sedang menulis bab baru tentang bagaimana politik bisa menyatu dengan cinta, doa, dan kemanusiaan.
Perayaan sederhana itu menjadi pengingat bahwa perubahan sejati tidak selalu lahir di gedung parlemen, tetapi sering kali bermula dari sajadah, air mata, dan hati yang tulus di sebuah pondok pesantren kecil di Batam. (bs)


