NASIONALTANJUNGPINANG

Pengawasan dari Garis Terdepan: Langkah Cepat Letjen TNI Kunto Arief Wibowo Hadapi Bencana di Sumatera Barat

Pangkogabwilhan I, Letjen TNI Kunto Arief Wibowo, secara resmi menyerahkan bantuan 15.000 bibit bambu kuning kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Foto: Dok Pen Kogabwilhan I

PADANG, katasiber Hujan belum sepenuhnya reda ketika awan kelabu menggantung rendah di langit Sumatera Barat.

Aroma tanah basah, suara sirene sesekali terdengar, dan arus sungai yang masih keruh menjadi latar suasana pascabencana banjir bandang yang melanda wilayah itu.

Di tengah kondisi yang masih jauh dari pulih, satu per satu kendaraan taktis dan tim gabungan tiba di lokasi.

Di sinilah Pangkogabwilhan I, Letjen TNI Kunto Arief Wibowo, berdiri memimpin langsung langkah penanganan darurat bencana.

Bukan sekadar kunjungan simbolis. Sejak pagi, jenderal bintang tiga itu bersama Asisten Kas Kogabwilhan I dan unsur staf bergerak cepat membangun Posko Pengawasan dan Pengendalian Bencana di titik strategis.

Posko ini bukan pos biasa di dalamnya, sistem komando modern mulai digelar dan diaktifkan: Battle Management System (BMS), teknologi kendali operasi yang selama ini lebih identik dengan medan tempur.

Namun kali ini, BMS menjadi “senjata” paling ampuh untuk perang yang berbeda: perang melawan dampak bencana alam.

Di dalam ruang posko, layar-layar besar menampilkan peta digital wilayah terdampak. Titik merah menunjukkan lokasi banjir bandang, garis kuning menandai jalur evakuasi, dan simbol logistik memperlihatkan distribusi bantuan yang sudah dan belum tersalurkan.

“Dengan BMS, seluruh data bencana dapat terintegrasi dan termonitor setiap saat. Ini sangat membantu proses koordinasi, pengendalian, serta distribusi bantuan agar lebih tepat sasaran,” ujar Letjen Kunto dalam keterangan tertulis yang diterima media, Minggu (7/12/2025).

Melalui sistem ini, setiap perkembangan di lapangan mulai dari jumlah warga terdampak, kerusakan infrastruktur, hingga kebutuhan mendesak di tiap daerah dapat dipantau real time. Keputusan pun bisa diambil cepat tanpa menunggu laporan manual yang sering terlambat.

Kerusakan jaringan komunikasi menjadi tantangan utama di beberapa titik bencana. Warga kesulitan menghubungi keluarga; tim penyelamat terhambat berkoordinasi. Menyikapi situasi itu, Letjen Kunto memerintahkan pemasangan Starlink di titik-titik prioritas.

“Starlink kita pasang untuk memastikan komunikasi antara tim lapangan dan masyarakat tetap berjalan,” ujarnya.

Di beberapa lokasi pengungsian, warga tampak mendekat ke area pemasangan perangkat tersebut untuk sekadar memberi kabar pada keluarga yang jauh. Bagi mereka, koneksi itu bukan sekadar jaringan internet—melainkan harapan.

Selain infrastruktur teknologi, kebutuhan dasar masyarakat juga menjadi perhatian. Letjen Kunto menyerahkan genset untuk penerangan darurat serta paket sembako yang langsung didistribusikan kepada warga.

Di tengah kepanikan dan kelelahan, kehadiran bantuan itu menjadi pengingat bahwa mereka tidak sendirian. Para pengungsi menyampaikan apresiasi atas gerak cepat yang terasa langsung manfaatnya.

“Koordinasi lebih cepat sekarang, kami bisa tahu bantuan datang dari mana dan kapan,” ungkap seorang warga di daerah yang sempat terisolasi.

Langkah cepat, terencana, dan terpadu itu membuat proses penanganan bencana jauh lebih efektif. Dengan pengawasan intensif lewat BMS, dukungan logistik, serta komunikasi yang kembali terhubung, penanganan bencana di Sumatera Barat kini berjalan lebih terstruktur.

Upaya ini diharapkan mampu menekan dampak lanjutan dan mempercepat proses pemulihan wilayah yang terdampak banjir bandang.

Pada akhirnya, kerja-kerja kemanusiaan memang tidak melulu soal kekuatan fisik, tetapi tentang ketepatan, kecepatan, dan kehadiran di saat yang genting. Dan di Sumatera Barat, Letjen TNI Kunto Arief Wibowo memimpin langkah itu dari garis terdepan. (bs)

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *