Letjen Kunto Komandoi Penanganan Banjir, BMS, Starlink, dan Logistik Digulirkan Nonsetop

SUMUT, katasiber – Hujan deras yang mengguyur kawasan Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Kota Sibolga dalam beberapa hari terakhir meninggalkan jejak duka.
Sungai-sungai meluap, ribuan rumah terendam, dan sejumlah infrastruktur rusak dihantam banjir bandang.
Di tengah situasi darurat itu, Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) I bergerak cepat.
Tak menunggu waktu lama, sebuah Posko Battle Management System (BMS) didirikan di Pinang Sori sebagai pusat pengendali seluruh operasi penanganan bencana.
Posko tersebut dipimpin langsung Pangkogabwilhan I, Letjen TNI Kunto Arief Wibowo, bersama para asistennya.
Sejak tiba, ia langsung meninjau kawasan terdampak dan memerintahkan pendirian sistem BMS guna memastikan setiap informasi dari lapangan dapat diterima secara real-time dan direspons seketika.
“Dalam keadaan darurat seperti ini, kecepatan informasi adalah penentu keselamatan. Semakin cepat data diterima, semakin tepat langkah yang bisa kita ambil untuk menolong masyarakat,” tegasnya saat memantau aktivitas posko yang terus beroperasi tanpa henti, dilansir bataminfo.co.id
Berbeda dengan posko biasa, BMS merupakan sistem komando modern yang memungkinkan seluruh data dari tim evakuasi, aparat daerah, hingga relawan di lapangan terhubung dalam satu sistem kendali.
Dari posko ini, tim dapat melihat titik-titik terdampak, tingkat kerusakan, kondisi akses jalan, hingga lokasi warga yang membutuhkan bantuan darurat.
Peta digital, rekaman drone, laporan cepat di lapangan, dan pemodelan cuaca dijadikan satu kesatuan informasi. Dengan begitu, arahan yang keluar dari posko tidak hanya cepat, tetapi juga akurat.
Setiap keputusan, mulai dari pengiriman makanan, evakuasi warga, hingga pembukaan akses jalan, diambil berdasarkan data yang masuk secara langsung melalui sistem tersebut.
Salah satu kendala terbesar saat banjir bandang melanda adalah terputusnya jaringan komunikasi. Banyak warga sulit menghubungi keluarga, sementara tim penyelamat kesulitan menerima laporan dari daerah-daerah yang aksesnya terganggu.
Untuk itu, Kogabwilhan I menurunkan tim khusus memasang layanan komunikasi Starlink di beberapa titik. Kehadiran jaringan ini menjadi nyawa baru bagi proses evakuasi dan koordinasi.
Masyarakat kembali dapat berkomunikasi, dan laporan dari wilayah yang sebelumnya terisolasi bisa masuk dengan cepat.
Selain komunikasi, Kogabwilhan I juga menyediakan genset guna memastikan listrik untuk posko, dapur umum, dan sejumlah permukiman tetap menyala, terutama saat malam hari.
Seiring berjalannya operasi, bantuan logistik terus didistribusikan. Truk-truk sembako datang silih berganti membawa makanan siap saji, air bersih, perlengkapan bayi, selimut, hingga peralatan darurat.
Di sejumlah lokasi, prajurit TNI turut membantu membuka akses jalan dan membersihkan puing-puing material yang terbawa banjir.
Koordinasi dilakukan intensif antara Kogabwilhan I, pemerintah daerah, TNI-Polri, BPBD, instansi terkait, serta relawan. Setiap harinya, rapat evaluasi berlangsung untuk menyesuaikan strategi penanganan dengan perkembangan di lapangan.
Bagi banyak warga, kehadiran prajurit TNI memberi rasa aman. Beberapa di antara mereka mengaku terbantu dengan cepatnya bantuan datang, terutama pada hari-hari awal ketika situasi masih penuh ketidakpastian.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Kogabwilhan I berharap proses pemulihan di wilayah terdampak dapat berjalan lebih cepat. Normalisasi aktivitas masyarakat menjadi prioritas, termasuk memastikan sekolah, fasilitas kesehatan, dan rumah ibadah dapat kembali berfungsi seperti sediakala.
“Ini bukan hanya tentang bantuan logistik. Ini tentang memulihkan kehidupan masyarakat secepat mungkin,” ujar Letjen Kunto.
Pemerintah bersama TNI-Polri menegaskan komitmennya untuk terus hadir di tengah masyarakat hingga kondisi benar-benar pulih. Bagi warga yang kehilangan rumah, tempat tinggal, maupun mata pencaharian, dukungan ini menjadi titik awal untuk kembali bangkit.
Di tengah bencana yang menyisakan luka, solidaritas antara aparat, pemerintah, relawan, dan warga menjadi kekuatan terbesar untuk melewati masa-masa sulit tersebut. (*/bs)


