Jazzelasa Road to SeaJazz Blossoms 2025
Malam Hangat yang Tumbuh dari Sisa Hujan di Santorini of Batam

BATAM, katasiber — Hujan yang turun sejak senja seolah ingin ikut berpartisipasi dalam Jazzelasa kali ini. Tetesnya yang mereda tepat ketika musik pertama dimainkan menjadi tanda bahwa malam itu akan berjalan istimewa.
Di tepi laut De’Sands Batam yang kerap dijuluki Santorini of Batam karena suasana pesisirnya yang menenangkan komunitas jazz dan para pecinta musik kembali berkumpul dalam rangkaian Jazzelasa Road to SeaJazz Blossoms 2025.
Lokasi yang menghadap langsung ke laut itu menciptakan atmosfer yang nyaris sempurna bagi sebuah perayaan jazz: lembut, intim, dan sarat kehangatan.
Meski sempat diguyur hujan, sekitar 100 penonton tetap berdatangan dengan semangat yang tak surut. Begitu memasuki area, mereka disambut hembusan angin laut dan pencahayaan hangat yang membuat suasana langsung terasa akrab. Malam itu bukan hanya panggung musik melainkan tempat perjumpaan, obrolan, dan kebersamaan.
Para Tamu dan Kehadiran yang Menguatkan Komunitas
Sejumlah tokoh turut hadir memberi dukungan, di antaranya Camat Bengkong, Bapak Fairus, Anggota DPRD Kota Batam, Bapak Hadis, dan Bapak Boeralimar, pembina Batam Jazz Society (BJS).
Perwakilan dari Bank BCA, mitra resmi BJS, juga turut menyemarakkan malam itu. Kehadiran mereka bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk nyata bahwa ekosistem musik di Batam terus dirawat bersama.
The Jazz Alley: Tiga Lagu Pembuka, Satu Suasana yang Mengikat
Malam dibuka oleh The Jazz Alley—Chepy, Steve, Budi, dan Tom Michael—yang tampil dengan kepiawaian khas mereka. Tiga nomor klasik yang mereka bawakan, Broadway, The Days of Wine and Roses, dan Triste, seakan menjadi tiupan angin pertama yang mengusir sisa dingin usai hujan. Penonton mengangguk, tersenyum, dan perlahan larut dalam ritme.
Jam Session: Ketika Jazz Menemukan Ragam Suara dan Generasi
Seperti ruh Jazzelasa itu sendiri, jam session menjadi pusat energi malam itu. Beragam karakter suara naik ke panggung, menghadirkan perjalanan rasa dari satu lagu ke lagu lainnya:
Elty yang meledak penuh tenaga lewat Through the Fire.
Mela, istri Camat Bengkong, menanamkan getaran emosional melalui If I Ain’t Got You.
Susan dari generasi Z, tampil bersahaja namun memukau lewat Juwita Malam.
Alex yang lembut dengan I Wish You Love.
Imri yang membawa suasana elegan melalui Take the A Train.
Tak berhenti di situ. Musisi Batam seperti Josef, Bagus Road Roots, Jarwo, dan Deo juga naik bergantian, menjadikan panggung seperti ruang tamu besar tempat setiap orang boleh berbagi cerita lewat nada.
Menjelang SeaJazz Blossoms 2025
Keberhasilan Jazzelasa edisi ini menjadi penanda penting bagi Batam Jazz Society menuju puncak acara SeaJazz Blossoms 2025 pada akhir tahun.
Jika malam di De’Sands ini adalah prolog, maka gelaran puncaknya nanti diyakini akan menjadi perayaan yang jauh lebih besar—namun tetap menjaga keintiman yang menjadi ciri khas komunitas jazz Batam.
Di antara angin laut, lampu-lampu hangat, dan tawa penonton, Jazzelasa kembali membuktikan satu hal:
Jazz bukan sekadar musik, melainkan perasaan yang tumbuh ketika orang-orang berkumpul dan merayakan hidup dengan cara yang paling sederhana—mendengarkan nada. (bs)


