NASIONAL

Gotong Royong di Jalan Rusak Siau: Ketika Warga Harus Mengambil Alih Peran Negara

TANJABTIM – Di bawah langit mendung Tanjung Jabung Timur, Jambi dentuman mesin alat berat tiba-tiba terdengar di ruas Jalan Lintas Provinsi Jambi, tepatnya di daerah Siau Dalam.

Bukan alat dari pemerintah, bukan pula dari dinas terkait. Alat itu milik sebuah perusahaan swasta yang setiap hari melintas di jalur tersebut dan hari itu, mereka turun tangan karena tak tega lagi melihat kemacetan yang tak pernah selesai.Ia bersama sopir lainnya, ikut membantu.

Jalan provinsi yang menjadi nadi penghubung warga menuju kota dan kabupaten itu kembali rusak parah.

Lubang menganga, tanah berlumpur, permukaan jalan ambles, dan jika hujan turun, semuanya berubah menjadi kubangan besar yang membuat mobil dan truk tak bisa bergerak.

Dalam semalam saja, kemacetan bisa mengular sepanjang ratusan meter.

“Kalau sudah hujan, habislah. Mau lewat saja bisa dua jam terjebak,” keluh seorang warga, yang ikut mengangkat batang kayu untuk menutup jalan yang berlubang.

Beberapa hari terakhir bahkan lebih buruk. Sebuah mobil pembawa muatan sawit terguling setelah terperosok di jalan licin.

Buah sawit tumpah ke badan jalan, menambah sesak antrian kendaraan yang tak bisa maju maupun mundur. Situasi itu menjadi alarm keras bagi warga Siau dan sekitarnya bahwa jika mereka tidak bergerak, maka tak ada yang akan menyelamatkan jalan itu.

Masyarakat Turun Tangan: Batang Kelapa, Batu, dan Tenaga Tanpa Bayaran

Di tengah kondisi yang semakin memburuk, warga akhirnya memilih melakukan hal yang seharusnya dilakukan alat provinsi: memperbaiki jalan rusak.

Mereka bahu-membahu membawa batang kelapa, batu, dan material seadanya. Semua berasal dari sumbangan warga dan bantuan satu perusahaan batching plant di wilayah tersebut.

Tidak ada seremonial. Tidak ada arahan formal. Murni semangat gotong royong.

“Kalau bukan kita, siapa lagi? Kami juga butuh lewat. Pedagang, anak sekolah, orang sakit semua lewat sini,” ujar seorang warga lain yang sejak pagi sudah berdiri di lumpur, membantu menimbun jalan.

Perusahaan yang sehari-hari mengoperasikan alat berat juga ikut turun tangan.

Alat mereka diturunkan untuk meratakan timbunan agar jalan setidaknya bisa dilewati truk dan mobil. Bukan perintah pemerintah, bukan proyek murni inisiatif agar roda ekonomi tak berhenti.

Ketika Alat Provinsi Tak Juga Datang

Meski jalur ini adalah jalan lintas provinsi, hingga saat ini belum terlihat satu pun alat milik provinsi diturunkan ke titik kerusakan.

Padahal, jalan ini adalah akses utama masyarakat menuju kota Jambi dan sejumlah kabupaten.

Ketiadaan respons cepat membuat warga semakin pasrah sambil tetap bekerja memperbaiki kerusakan. Mereka tahu, jika bukan karena gotong royong, jalan ini akan terus rusak dan lumpuh setiap kali hujan turun.

“Bayangkan kalau ada orang sakit mau cepat dibawa ke kota. Bisa tertahan satu jam hanya di titik ini,” kata seorang pengemudi yang pernah terjebak di jalur tersebut.

Kesadaran Kolektif yang Menyelamatkan Mobilitas

Kegiatan gotong royong ini membuat jalan setidaknya bisa kembali dilewati. Truk sawit bisa bergerak, pedagang kembali mengirim barang, dan warga tidak lagi terjebak berjam-jam. Namun semua itu sifatnya sementara.

Masyarakat berharap pemerintah provinsi segera turun tangan memperbaiki secara permanen, karena tidak selamanya gotong royong bisa mengatasi kerusakan jalan sekelas lintas provinsi.

Untuk sekarang, jalan di Siau tetap hidup bukan karena negara hadir, tetapi karena warganya memilih untuk tidak diam. (abas)

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *