Harapan di Atas Selat DED Jembatan Batam–Tanjungsauh Siap Rampung 2025

BATAM — Dari atas perairan Kabil yang tenang, bayangan sebuah jembatan raksasa mulai tergambar di benak banyak orang.
Bukan sekadar struktur baja dan beton, tetapi simbol harapan: penghubung dua pulau besar di Provinsi Kepulauan Riau — Batam dan Bintan.
Kini, langkah menuju impian itu kian nyata. Detail Engineering Design (DED) jembatan penghubung Pulau Batam–Tanjungsauh sepanjang 2,12 kilometer dipastikan rampung tahun 2025 ini.
Proyek ini menjadi bagian penting dari pembangunan Jembatan Batam–Bintan (Babin) yang sudah lama dinantikan masyarakat Kepri.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Pertanahan (PUPP) Kepri, Rodi Yantari, menyampaikan bahwa proses penyusunan DED telah memasuki tahap akhir.
“Review DED Jembatan Pulau Batam–Tanjungsauh ini mendasari hasil data survei dan penyelidikan tanah (soil investigation) dari Kementerian PU melalui BPJN Kepri,” jelas Rodi, Jumat (31/10/2025).
Sementara itu, untuk segmen jembatan Tanjungsauh–Pulau Buau–Pulau Bintan sepanjang 5,6 kilometer, desain dasarnya kini tengah disempurnakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“DED untuk Batam–Tanjungsauh disiapkan oleh Dinas PUPP Kepri, sementara bagian berikutnya disempurnakan oleh Kemen PU. Semuanya bergerak sinergis,” tambahnya.
Langkah besar ini tak lahir begitu saja. Beberapa hari sebelumnya, Gubernur Kepulauan Riau Ansar Ahmad bersama Wakil Gubernur Nyanyang Haris memaparkan perkembangan proyek tersebut di hadapan Komisi V DPR RI yang tengah melakukan kunjungan kerja di Batam.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Ansar menegaskan kembali makna strategis jembatan yang akan menjadi penghubung ekonomi utama dua wilayah potensial, Batam dan Bintan.
“Jembatan ini akan menjadi motor penggerak ekonomi baru. Mobilitas barang dan manusia akan meningkat, investasi akan tumbuh, dan Kepri akan semakin berdaya saing,” ujarnya.
Kunjungan lapangan turut dilakukan ke landing point Jembatan Batam–Bintan di Kabil, di mana hamparan laut yang selama ini memisahkan dua pulau kini tengah disiapkan menjadi lintasan kemajuan. Hadir pula perwakilan Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR, menandai keseriusan pemerintah pusat dalam proyek ini.
Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, menyampaikan keyakinannya setelah mendengar paparan teknis dan meninjau lokasi langsung.
“Semua sudah lengkap dan tidak ada kendala lagi. Proyek ini sangat siap untuk dilaksanakan,” ujarnya tegas.
Selama bertahun-tahun, Jembatan Batam–Bintan telah menjadi simbol cita-cita masyarakat Kepri — menghadirkan konektivitas darat antar-pulau yang selama ini hanya bisa dicapai lewat feri.
Dengan total panjang sekitar 7,6 kilometer, jembatan ini akan menghubungkan Pulau Batam – Tanjungsauh – Pulau Buau – Pulau Bintan, dengan total nilai investasi mencapai Rp16–17 triliun.
Bagi masyarakat, proyek ini bukan sekadar pembangunan infrastruktur, tetapi pembuka peluang ekonomi baru. Sektor industri, pariwisata, hingga perdagangan akan merasakan manfaat langsung dari akses darat yang lebih efisien.
Bagi pemerintah, Jembatan Batam–Bintan adalah jembatan peradaban — penghubung antara pusat pertumbuhan ekonomi global di Batam dengan potensi besar yang dimiliki Bintan dan pulau-pulau sekitarnya.
Saat matahari mulai turun di ufuk barat Batam, bayangan proyek raksasa ini semakin terasa dekat. Mungkin belum terlihat wujud fisiknya, tetapi denyut optimisme sudah terasa — dari ruang rapat hingga pinggir laut, dari pejabat hingga nelayan.
Tahun 2025 menjadi titik penting. Saat DED rampung, fondasi harapan itu akan semakin kokoh. Tak lama lagi, lautan yang memisahkan Batam dan Bintan bukan lagi jarak, melainkan jembatan yang mempersatukan. (bs)


