Malam Mencekam di Bintan: Empat Rumah Rata Dihantam Angin, Warga Bertahan di Tengah Badai

BINTAN — Hujan turun deras malam itu, disertai suara angin yang meraung seperti mengamuk.
Dari kejauhan, suara genting beterbangan terdengar jelas, disusul pekikan warga yang berusaha menyelamatkan diri. Orang menyebutnya “badai” datang.
Dalam hitungan menit, empat rumah di Kabupaten Bintan porak-poranda diterjang badai.
Cuaca ekstrem yang terjadi pada Jumat (24/10) malam itu memukul dua kecamatan: Bintan Pesisir dan Bintan Timur. Angin kencang juga terjadi di Batam dan Tanjungpinang, malam itu.
Tak ada korban jiwa, tapi luka di hati warga masih membekas — melihat rumah yang dibangun dengan susah payah kini tak lagi utuh.
Di Desa Mapur, Kampung Nendiang, rumah milik Mulyadi N menjadi salah satu yang terkena dampak. Dapur dan kamar yang dulu hangat kini terbuka lebar, genting berserakan, dan air hujan masih menetes dari langit-langit yang bolong.
“Saya cuma sempat selamatkan anak-anak dan beberapa pakaian. Anginnya kuat sekali, atap langsung beterbangan,” ujar Mulyadi pelan, menatap sisa rumahnya yang hancur, dilansir batampos.
Tak jauh dari sana, di Bintan Timur, tiga rumah warga lainnya juga rusak parah. Rumah milik Rayendra di Jalan Nusantara, Hironimus Rego di Telaga Bintan, dan Edison Edo di Kampung Korindo I, Kelurahan Sei Lekop, sama-sama diterjang amukan angin malam.
“Kerusakan meliputi atap dapur, kamar, ruang tengah, dan ruang tamu. Angin datang mendadak, hujan deras, tak sempat menyelamatkan banyak barang,” jelas Ramlah, Kepala Pelaksana BPBD Bintan.
Begitu kabar bencana tersebar, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Bintan segera turun ke lokasi. Bersama TNI, Polri, perangkat desa, dan masyarakat, mereka bekerja di bawah sisa hujan malam — membersihkan puing, menegakkan kembali tiang, dan menenangkan warga yang masih terguncang.
“Kami langsung lakukan pendataan dan bantu bersihkan rumah warga. Alhamdulillah, semua selamat,” ujar Agus Ariyadi, Sekretaris BPBD Bintan.
Pagi harinya, langit Bintan mulai cerah. Tapi di beberapa titik, bau kayu basah dan atap seng yang terlepas masih terasa. Anak-anak bermain di sekitar reruntuhan, seakan mencoba melupakan ketakutan malam sebelumnya.
BPBD Bintan memastikan akan menyalurkan bantuan material bangunan dan logistik segera setelah pendataan kerusakan selesai. Namun bagi warga, bantuan terbesar adalah keyakinan bahwa mereka tidak sendirian.
“Cuaca seperti ini bisa datang tiba-tiba. Kami imbau masyarakat tetap siaga,” pesan Ramlah menutup perbincangan.
Di tengah sisa-sisa badai, warga Bintan kembali menata hidup. Rumah mungkin rusak, tapi semangat mereka tetap kokoh — seperti akar bakau di tepi laut, yang terus bertahan walau diterpa angin ribut. (*/bs).


