Mengapa Kepri Menjadi Provinsi Banyak Pengangguran di Indonesia?

Robby Patria, Dosen UMRAH
Badan Pusat Statistik merilis angka pengangguran di Provinsi Kepri mencapai 6,9 persen lebih. Menjadikan Kepri nomor dua di Indonesia yang paling banyak masyarakatnya tidak kerja.
Hanya kalah tipis dengan Papua. Menariknya, pertumbuhan ekonomi Kepri tinggi di angka 7 persen lebih. Ditambah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga tertinggi di Sumatera dan nomor 3 di Indonesia. Hanya kalah dari Yogya dan Jakarta. Di mana dua Provinsi ini memang banyak universitas dan sekolah yang bagus bagus.
Jadi, soal SDM, sebenarnya Kepri sudah baik. Namun pertanyaannya, mengapa lagi lagi pengangguran begitu tinggi. Dan akibatnya angka bunuh diri di Kepri nomor dua tertinggi di Indonesia.
Seperti dikutip dari Kompas, angka tersebut adalah temuan dari penelitian berjudul ”Profil Statistik Bunuh Diri Pertama di Indonesia: Analisis Tingkat Bunuh Diri dan Upaya Percobaan Bunuh Diri, Pelaporan yang Tidak Memadai, Distribusi Geografis, Gender, Metode, dan Pedesaan” yang terbit pada Februari 2024.
Penelitian itu menemukan angka kasar bunuh diri (crude suicide rates) di Kepri adalah 1,17 per 100.000 individu. Adapun angka kasar percobaan bunuh diri (crude attempt rates) di Kepri adalah 6,62 per 100.000 individu, jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional 2,25 per 100.000 individu.
Penelitian yang sama juga menemukan bahwa Indonesia memiliki tingkat bunuh diri tak tercatat yang tertinggi di dunia, yakni 859,10 persen. Kasus bunuh diri adalah fenomena gunung es, amat banyak kasus tidak dilaporkan atau ditutup-tutupi.
Terjadi sejumlah paradoks di Kepulauan Riau. Pertumbuhan ekonomi tinggi dengan pengangguran tinggi. Walaupun di Kepri banyak investasi asing dan industri, namun tidak mampu menyerap banyaknya lapangan pekerjaan yang datang ke Kepri untuk mencari kerja.
Tentu secara ekonomi bertentangan dengan teori ekonomi klasiknya Adam Smith. Menurut teori klasik Adam Smith pertumbuhan
ekonomi yang pesat dan tinggi dapat mengurangi pengangguran yang ada di wilayah tersebut.
Artinya pertumbuhan ekonomi akan berbanding
lurus terhadap tingkat pengangguran. Hal itu
terjadi karena saat pertumbuhan ekonomi di suatu
wilayah tersebut naik dengan bagitu proses
produksinya akan mengalami kenaikan pula.
Dan hal itu akan menyerap tenaga kerja yang banyak
untuk menghasilkan output produksi yang
diminta. Penyerapan tenaga kerja tersebut akan
dapat mengurangi pengangguran di suatu wilayah. Banyak dunia usaha akan membuka lapangan pekerjaaan baru atau adanya ekspansi dunia usaha otomatis memerlukan tenag kerja baru.
Jika pembangunan bidang ekonomi sebuah negara atau daerah berjalan sukses, maka dapat dilihat dari beberapa indikator perekonomian. Salah satu di antaranya adalah tingkat pengangguran.
Pengangguran merupakan masalah makro
jangka panjang terutama di koto-kota yang ada
di negara berkembang seperti Indonesia.
Meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan
akibat urbanisasi mengakibatkan semakin
banyaknya jumlah pengangguran yang ada di
perkotaan.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo
(1994), masalah pengangguran secara terbuka
maupun terselubung, menjadi pokok
permasalahan dalam pembangunan ekonomi
negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Jadi, selagi angka pengangguran tinggi, pemimpin di Kepri jangan bangga atau senang. Itulah persoalan yang harus diatasi. Efek buruk dari pengangguran, masyarakat akan tertekan. Masalah ekonomi akan muncul. Akhirnya memicu bunuh diiri. Apalagi tersangkut dalam perangkap judi online, utang online. Bahkan angka kriminalisasi di tengah masyarakat bisa meningka akibat dari tingginya pengangguran suatu daerah.
Pemprov Kepri dan Pemerintah Batam harus mencari rumusan yang tepat menurunkan angka pengangguran di Kepri. Apakah perbanyak lagi sektor industri atau memperbanyak program program yang mampu menyerap lapangan pekerjaan. Pemerintah perlu memperbanyak pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan keselarasan skill angkatan kerja dengan kebutuhan pasar.Menerapkan kebijakan diversifikasi ekonomi yang mampu mendorong pertumbuhan di berbagai sektor untuk penyerapan tenaga kerja lebih luas.
Jobless Growth
Fenomena pertumbuhan ekonomi tanpa penciptaan lapangan kerja signifikan disebut jobless growth. Secara umum, ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu berkorelasi langsung dengan penurunan angka pengangguran.
Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa pertumbuhan ekonomi tinggi bisa disertai dengan angka pengangguran yang tinggi:
Faktor Penyebab terjadinya pengangguran di saat terjadinya pertumbuhan ekonomi tinggi:
Pertama ketidakcocokan Skill (Skills Mismatch). Pertumbuhan ekonomi mungkin menciptakan lapangan kerja yang membutuhkan skill tertentu, sementara angkatan kerja tidak memiliki skill yang sesuai. Dan itu bisa jadi terjadi di Kepri. Banyak tenaga kerja yang menganggur lulusan SMK. Pemerintah harus menyusun program pendidikan SMK dapat menyesuaikan kebutuhan dunia industri. Sehingga lulusan SMK bisa siap pakai memasuki dunia kerja.
Kedua adalah struktur ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bisa terkonsentrasi pada sektor tertentu (seperti teknologi atau jasa) yang tidak menyerap banyak tenaga kerja dari sektor lain. Ekspor di Kepri dipicu oleh ekpor migas dan alat alat menggunakan teknologi tinggi. Sehingga tak perlu banyak lapangan pekerjaan model seperti pabrik tekstil atau garmen.
Ketiga, otomasi dan teknologi. Penggunaan teknologi canggih bisa meningkatkan produktivitas tapi mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia. Parkir di mal misalnya sekarang di banyak tempat hanya menggunakan card saja. Dulu ada petugas parkir yang mengatur.
Dan keempat, ketimpangan regional. Pertumbuhan ekonomi mungkin terkonsentrasi di wilayah tertentu, meninggalkan wilayah lain dengan pengangguran tinggi. Dan ini terjadi di Kepri. Di mana Batam menjadi andalan memicu pertumbuhan ekonomi. Sementara enam daerah lainnya di Kepri tidak banyak menyerap lapangan pekerjaan. Ketergantungan Kepri dengan Batam memicu tumpukan pencari pekerjaan menyerbu Batam. Bukan hanya dari Kepri tapi dari daerah lain di Indonesia.
Gubernur harus melakukan pemerataan pembangunan di daerah lain untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru program pembangunan yang menggunakan APBD.
Kelima, kualitas pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh investasi modal intensif mungkin tidak menciptakan banyak lapangan kerja yang massal.
Keenam ketergantungan pada tenaga kerja asing. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan ekonomi bisa bergantung pada tenaga kerja asing untuk sektor tertentu dan itu juga terjadi di Batam dan Bintan. Di mana industri industri manufaktur banyak menyerap tenaga kerja asing.Tenaga kerja lokal dianggap belum cukup kemampuan menduduki posisi top di perusahaan asing tersebut.
Dari sejumlah persoalan itu setidaknya Gubernur dan walikota hingga bupati memikirkan bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan dengan program yang bisa melibatkan banyak warga. Sehingga pertumbuhan ekonomi tidak hanya dinikmati lapangan terbatas namun meluas. Dan tentu saja menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga. Ketimpangan gini ratio Kepri juga tinggi di angka 0,382.Gini Ratio adalah indikator untuk mengukur tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan atau kekayaan dalam suatu populasi.
Jadi, pekerjaan berat gubernur adalah meratakan pembangunan, menciptakan lapangan pekerjaan, menurunkan gini ratio. Baru itu namanya berhasil membangun Kepri di usia yang baru 23 tahun. (*)