Menag Sebut Merawat Lingkungan Bentuk Zikir Sosial

KENDARI, katasiber – Merawat lingkungan merupakan bentuk zikir sosial. Setiap ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam selalu menyiratkan pesan tanggung jawab terhadap keseimbangan dan keadilan ekologis. Hal ini diungkapkan langsung Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar.
Hal itu disampaikan Menag dalam seremoni pembukaan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Musabaqah Al-Hadits (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Tugu Persatuan, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu malam (11/10/2025), dilansir laman resmi Kementerian Agama RI.
“Melalui penyelenggaraan STQH ini, kita tidak hanya menumbuhkan cinta kepada wahyu, tetapi juga menyemai semangat ekoteologi. Merawat lingkungan adalah bentuk zikir sosial,” ujar Menag.
Tahun ini, STQH mengangkat tema “Syiar Al-Qur’an dan Hadis: Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan.” Tema tersebut dinilai relevan dengan kondisi sosial dan ekologis saat ini, di tengah meningkatnya ketegangan sosial dan tantangan lingkungan hidup.
Menag mengatakan, STQH bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan wadah untuk menumbuhkan nilai-nilai ilahiah dan memperkuat generasi Qur’ani yang unggul, tangguh, serta berdaya saing di tengah tantangan global.
“Di era disrupsi ini, para penghafal Al-Qur’an dan hadis menjadi oase spiritual sekaligus penjaga nilai. Mereka adalah tiang peradaban,” katanya.
Menurutnya, pembinaan sumber daya manusia Qur’ani merupakan ruh dari pelaksanaan STQH. Para hafiz, hafizah, muhaddis, dan muhadditsah yang berlaga di ajang ini diharapkan menjadi cahaya di tengah tantangan zaman, serta membawa nilai Al-Qur’an ke berbagai lini kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, kebijakan publik, dan ruang digital.
“Al-Qur’an dan hadis harus menjadi sumber nilai dalam membangun masyarakat yang merangkul keberagaman, menjunjung persaudaraan, dan menjamin keadilan bagi seluruh lapisan,” ungkapnya.
Menag juga mengungkapkan bahwa gelaran STQH sejalan dengan program pembangunan manusia berkualitas sebagaimana tertuang dalam Asta Cita Presiden Republik Indonesia, khususnya cita keempat dan kedelapan, yaitu memperkuat pembangunan manusia yang berkualitas dan berdaya saing, serta memperkokoh toleransi antarumat beragama.
Selain menjadi ajang syiar keagamaan, pihaknya juga mendorong optimalisasi potensi ekonomi lokal melalui STQH dengan menghadirkan pameran UMKM, bazar rakyat, dan produk-produk lokal.
“Keberkahan wahyu tidak hanya menghidupkan jiwa, tetapi juga harus menjelma menjadi kesejahteraan umat di bumi,” tandas Menag.
Pembukaan STQH Nasional XXVIII ditandai dengan pemukulan dimba, alat musik tradisional khas Kota Kendari. Pemukulan dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno yang mewakili Presiden Prabowo Subianto, didampingi Menag Nasaruddin Umar, Gubernur Sulawesi Tenggara Andi Sumangerukka, dan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad. (Wcp/Mr)