TANJUNGPINANG

Bohari, Anak Muda yang Terus Melestarikan Jong, Warisan Budaya Laut Melayu

Bohari, Anak Muda yang Terus Melestarikan Jong, Warisan Budaya Laut Melayu.f-ist

DOMPAK, katasiber – Di tengah derasnya arus modernisasi, masih ada anak muda yang memilih menjaga warisan budaya leluhur.

Salah satunya adalah Bohari, pemuda asal Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau yang dengan penuh semangat tetap melestarikan tradisi jong, perahu layar mini, terbuat dari kayu khas masyarakat Melayu pesisir.

Bohari tak sekadar mencintai jong, ia juga aktif ikut berbagai lomba jong yang digelar di daerahnya. Baru-baru, meraih juara ketiga, lomba jong yang digelar di Bintan.

Dengan tangan terampilnya, ia membuat sendiri miniatur jong dari kayu pilihan, melapisi layar dengan kain, lalu mengujinya di perairan.

ong adalah perahu layar mini tradisional yang berasal dari masyarakat pesisir Melayu, khususnya di Kepulauan Riau. Permainan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, dibawa dan diwariskan turun-temurun oleh para nelayan yang hidup dekat dengan laut.

Awalnya, jong dibuat sebagai miniatur perahu layar tradisional yang dipakai orang Melayu untuk berlayar, berdagang, hingga menjelajah lautan.

Karena kapal asli terlalu besar, masyarakat pesisir membuat versi kecilnya sebagai sarana hiburan anak-anak di tepi pantai.

Lama-kelamaan, permainan ini berkembang menjadi tradisi lomba yang digelar pada acara adat dan pesta rakyat.

Keunikan jong terletak pada cara berlayarnya tanpa mesin atau kendali langsung. Jong diletakkan di laut atau perairan terbuka, lalu dilepaskan mengikuti arah angin.

Pemenang ditentukan dari seberapa jauh dan cepat jong itu melaju. Karena itulah, keterampilan pembuat jong sangat penting dari pemilihan kayu, bentuk layar, hingga keseimbangan badan perahu.

Bagi masyarakat Melayu Kepri, jong bukan sekadar permainan.

Ia adalah simbol identitas maritim dan bukti betapa erat hubungan orang Melayu dengan laut.

Jong juga mencerminkan filosofi hidup: kesabaran, kerja keras, dan kepasrahan pada kuasa alam, karena arah angin sering kali menentukan jalannya.

Kini, lomba jong masih rutin digelar di beberapa daerah seperti Bintan, Lingga, dan Tanjungpinang, Batam, terutama saat perayaan budaya atau festival laut.
Pemerintah daerah bahkan mulai menjadikannya bagian dari atraksi wisata budaya, agar tradisi ini tidak hilang ditelan zaman.

“Bagi saya, jong bukan sekadar mainan, tapi simbol kebanggaan dan identitas orang Melayu,” ujar Bohari.

Keterlibatan Bohari dalam lomba jong tak hanya soal adu cepat, tetapi juga wujud nyata menjaga tradisi agar tetap hidup di kalangan generasi muda.

Saat banyak anak muda lebih akrab dengan gawai, Bohari justru menghabiskan waktunya merakit jong.

Semangatnya pun mendapat apresiasi dari masyarakat sekitar. Bagi mereka, hadirnya anak muda seperti Bohari menjadi harapan agar jong tidak hilang ditelan zaman.

“Kalau bukan kita yang muda-muda ini, siapa lagi yang mau meneruskan?” tambahnya dengan senyum.

Lewat lomba, Bohari bukan hanya berkompetisi, tapi juga berupaya mengajak orang lain melihat keindahan budaya jong. Ia percaya, semakin banyak yang ikut, semakin besar pula peluang tradisi ini tetap lestari hingga generasi berikutnya. (bs)

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *