Dibalik Tutupnya Matahari Depstore Tanjungpinang dan Menjamurnya Lapak Bayar Kuliner, Siapa Yang Mau Beli?

Oleh : Devi Yanti Nur,SP
ketua SMSI Tanjungpinang
Awal mei 2025 Kota Tanjungpinang ditinggal Matahari Deptstore di kawasan mal Tanjungpinang City Centre (Mal TCC) dan beberapa supermarket lainnya, juga memilih tutup dari pada terus bertahan.
Konsep dagang pada skala kecil dan besar itu sama, jika banyak pembeli dan menaiknya keuntungan tentu tidak akan menutup usaha, bahkan ekspansi ke titik lain di kota gurindam ini.
Menurunnya daya beli pengaruh efesiensi dan makro ekonomi
Perhatikan berapa toko yang tutup disepanjang lorong merdeka dan Gambir pasar lama, swalayan Global batu tujuh, pasar puan Rahmah batu 7, Pasar Cendrawasih Batu 8 serta gerakan pengunjung pasar pagi dan beberapa kedai kopi dan warung makan, semua memilih gerakan sama yakni tutup.
akhirnya di tanggal 1 Mei 2025 Matahari menutup diri dari perputaran uang kota Tanjungpinang.
Apa gerangan terjadi, mengurai dari indeks kemiskinan dilaunching oleh Asean development bank Indonesia miliki 60 persen rakyat miskin dengan perbelanjaan minim Rp 20.000 perhari.
Seorang pemerhati Ekonomi Chaidar Rahmat menuliskan dilaman medsos Facebook tertanggal 3 Mei 2025 dibalik persoalan rendahnya jual beli.
Namun juga di picu juga dengan naiknya kurs Dollar terhadap rupiah hingga hari mencapai Rp. 17.000 per /1 rupiah.
purchasing power parity atau PPP, menempatkan 60,30%
“Kalau ada uang gaya, prilaku masyarakat kota Tanjungpinang, ” Jangankan nak borong, nak nawarpun tak sanggup aku jika berduit”.
Menurut kajiannya, Persoalan daya beli yang tak mampu, ditambah sepertiganya karena (nilai rupiah terhadap Dollar) inilah yg meletakkan 60,3% warga Indonesia tergolong miskin oleh Bank Dunia (pengeluaran kurang 6,85US$ per kapita/hari ?
Kalau BPS cuma 8,57% yg miskin dng batas pengeluaran Rp.20 ribuan per hari/kapita).
Maka sangat mustahil dengan semangat dan kemampuan beli ini bisa diungkit lewat belanja Pemerintah (pemko TPI, provinsi dan pemerintahan) yang kecil dan semakin kecil untuk berputarnya uang dalam ekonomi rakyat.
Atau angan2 nak gaet investor besar untuk bikin peluang kerja yg banyak.
“Jadi meski “BERBENAH” gaye apepun, sulit men ngangkat pertumbuhan,” katanya lagi.
Pengaruh Makro ekonomi ini berdampak langsung pada mikro ekonomi dan ekonomi rakyat.
Ditambah efesiensi,.dipotongnya Tunjangan Penghasilan dan melambatnya pembayaran honor PPPK di kawasan Pulau Bentan.
“Penghasilan jasa masyarakat kota terutama Pulau Bentan, di isi hampai 40 % golongan ASN dan TNI dan Polri, Honorer baik di instansi vertikal dan horizontal.
“Karena daya beli mesti menimbang stabilitas Indeks Harga Konsumen, menjaga inflasi, keyakinan atau optimisme (kepercayaan) konsumen, indeks penjualan ritel, konsumsi rumah tangga dlm PDB, menaikkan kredit konsumsi hingga pendapatan riil masyarakat, tutupnya.
Kemudian ia menegaskan peluang peningkatan daya beli inilah yang kelak meski diperhatikan sedemikian rupa oleh Pemko Tanjungpinang, atau BUMD dan instansi terkait lainnya.
Ramai Lapak Bazaar, Siapa yang Untung?
Euforia kebangkitan UMKM dinegri ini juga semakin marak, orientasi mencari penghasilan tambahan melalui jasa dagang kuliner menjadi spirit warga kota Tanjungpinang, di masa sekarang.
Lihat saja mulai pintu pelabuhan, deretan tenda dan kursi mulai berjejer sepanjang puluhan kilometer, petang hari semua pedagang menata seluruh dagangan dengan harapan mendapatkan keuntungan dan pendapatan.
Hari mulai beranjak magrib, pedagang berbagai jenis kuliner, mulai kuliner jajanan kekinian dan khas serta aneka minuman bisa anda dapatkan di kawasan ini sambil memandang laut Sri Bintan Pura dan Pulau Penyengat yang amat Indah.
lalu lalang penyewaan motor listrik serta tenan mainan anak dan lukisan, buat sekedar menghibur keluarga atau teman dan keluarga.
Akan tetapi kumpulan pedagang semakin ramai, dan dipandu oleh pengelola, hampir 7 pengelola, mulai kelompok tugu siri, depan markas AL, Laman Boenda, kawasan Deskranasda dan gedung LAM serta barisan pedagang teluk keriting.
Diperkirakan ratusan pedagang mulai bak jamur di musim hujan, bagaimana pengaturan penyewaan dan jual beli.
“Hari biasa sepi Bu, hanya satu satu saja, tapi weekend dan hari libur lumayan ramai, kita bisa capai penjualan jutaan rupiah, ” ujar Eva pedagang telur gulung.
Sejalan dengan Eva, Lis yang memiliki lokasi dagang dan kursi meja dipantai mengungkapkan hal yang sama,
“Awal awal ramai Bu, tapi sekarang sudah semakin ramai hingga menuju batu hitam, dan banyak pilihan bagi warga untuk bersantai dan duduk menikmati pantai, katanya lagi.
Semakin malam, transaksi dan kunjungan memang serasa biasa tak seramai malam libur lebaran.
Pantauan ke kawasan Jalan Merdeka kota lama dan Lorong Gambir, beberapa stand pasar malam juga tampak menawarkan eksotis kota Tanjungpinang yang penuh kenangan melalui makanan dan minuman yang mereka sajikan.
Kawasan terbaru juga cukup ramai di sekitaran potong lembu atau Akau.
“Tidak ramai lah, Senin sampai Kamis, tapi ada juga satu satu, namun malam Minggu dan hari Minggu lumayan, semua meja penuh dan semua gerobak mendapatkan. pesanan, ” kata salah satu pedagang
Namun juga di kalkulasi penurunan drastis penghasilan ini sudah terasa sejak habis covid.
“Agaknya ekonomi belum membaik, biasa ramai pertemuan dan perjamuan juga di awal bulan mungkin gajian, ” ujar Sani pelayan yang sudah puluhan tahun disana.
kawasan puluhan Bazaar juga nampak di kawasan bandara mulai tikungan tugu kapal hingga depan kasir bandara Ganet Tanjungpinang Timur.
Pergeseran gaya belanja dan pengaruh online market
Ramadan lalu baru saja usai, lokasi Bazaar bulan berkah ini juga sama dengan daerah lain, Bazaar ramadan hadir sebagai pilihan lokasi belanja masyarakat kota
Namun Ramadan Tahun 2025, Soni Chaniago salah seorang penggiat bazar dan UMKM mengungkap ada perubahan pola besar prilaku belanja masyarakat dan bertahan dalam ekonomi yang sulit saat ini.
Dari ratusan lapak disiapkan memang terjual habis, pedagang banyak, namun pembeli sepi.
“Pemandangan macet dan biasanya diserbunya pasar malam Bazaar di 10 hari terakhir sekarang tak nampak ,dan terasa sangat menurunnya pembeli,”katanya.
Keluhan pedagang acapkali dia terima, tetapi mikro ekonomi kita pasca covid telah mengajarkan kepada masyarakat untuk belanja tidak lagi ngotot pada kualitas tapi kuantitas, bukan merk yang penting ada, dengan harga murah dan didapat tanpa debat serta mudah melakukannya.
“Inilah sistem online oleh lapak lapak shoppe atau tokopedia serta medsos live streaming dari mulai FB, Instagram dan tiktok, harga murah dan promosinya mengena dengan hati karena ada digengaman tanpa debat dan diskon besar besaran, katanya.
Bak antitesis Soni ungkapkan saya yakin perputaran uang bergeser ke online shop, daya beli tak turun.
“Tidak pengaruh daya beli tak turun, lihat triliunan uang konsumen berputar di mesin jual beli online dan aktifnya para kurir sehingga tanpa ribet, bahkan barangnya juga bagus,”
Maka Perubahan zaman dan gaya belanja ini juga meski disikapi sebagai bergesernya kehendak Pembeli adalah raja, dan melihat peluang murah, gampang, berkualitas bahkan beberapa pasar besar seperti Tanah Abang juga sepi.
Dari persoalan diatas maka dari manakah pembenahan sektor riil dan mikro ekonomi ini di lakukan?
PAD untuk meningkatkan pendapatan, kita tidak bisa bicara ekspor karena kota Tanjungpinang tercatat tidak ada ekspor sama sekali.
Pariwisata Kota ini juga tak menawarkan cukup hal yang fantastis kecuali penyengat yang banyak di make over oleh bantuan balai sejarah dan Pemprov Kepri itu.
Jeff Sidik salah seorang turis saja bisa menilai, jika tak dirubah maka banyak warga singaporean lebih memilih Malaysia di banding ke Tanjungpinang dan Batam.
“Apa yang unik dan khas, kalau bisa persoalan kehidupan asli Melayu kepulauan dan potensi sosial budaya dikemas di sebuah kampung yang menjadi daya tarik, atau even,katanya beberapa waktu lalu.
Alasannya masuk akal, karena untuk turis tidak sekedar berkunjung tetapi bertahan lama dan berbelanja dikota ini, seperti sinergi dan pembenahan sistem pelabuhan bagi turis juga hal yang harus dibenahi
Sebab bicara laut, Malaysia juga ada, Thailand juga ada, jadi kami mau tawarkan ke pulau Bentan, Tannungpinang itu apa yang khas dan bagaimana layanannya.
Mari kita lihat kesungguhan kita semua untuk kita bisa memberikan masa depan kota yang tertata, sejahtera dan berkarakter Melayu yang hebat dan kuat.
Tentunya keberpihakan tinggal menunggu kebijakan fiskal untuk kota Tanjungpinang, namun jika mengukur dari jumlah penduduk dan luas wilayah maka gebrakan untuk benahi Kota Tanjungpinang sebagai ibu kota provinsi terluar berhadapan langsung 7 negara Asean ini akan tinggal disegala pembangunan.
Harapan tidak lebih DPR RI Presiden mungkin mengakuatkan semangat kami penduduk kota sebagai kota termaju dan moderen layaknya honkong sebagai kota terluar .
Ibarat kata bisa menjadi pigura tentang kemajuan kota maritim dari tepi lautan luas terluas dan menjadi ukuran kemajuan Indonesia dan segannya bangsa asing dan tetangga akan kota gurindam penuh sejarah dan miliki pulau heritage kedamaian dunia ini. (*)