Jumat, September 22, 2023
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tumbur Nababan, Anak Jakarta Penakluk Tanjungpinang (Habis)

Rutin Donor Darah

Sifat membantu orang-orang juga dilakukan Tumbur Hian Nababan alias Mr Black melalui donor darah. Sudah enam tahun belakangan ini dia rutin menyumbangkan darahnya untuk orang-orang yang membutuhkan.

Mr Black rutin 3-4 kali setahun melakukan donor darah. Dia juga salah satu peserta donor darah saat Goes to MURI yang digelar tahun 2018 lalu.

Bakti sosial donor darah serentak seluruh Indonesia itu dilakukan Palang Merah Indonesia (PMI) bersama manajemen Showroom Yamaha Malaka Abadi Tanjungpinang yang digelar, Sabtu 18 Agustus 2018 dan dia mendapatkan sertifikat penghargaan saat itu.

Saat Ultah TNI, Bang Itam ini juga ikut sebagai peserta donor darah. Demikian juga saat Ultah AURI. Termasuk bakti sosial yang dilakukan salah satu komunitas alumni sekolah.

“Waktu itu kawan saya menggelar kegiatan alumni sekolahnya dan bakti sosialnya donor darah, jadi saya ikut sebagai peserta yang diadakan di Terminal Seicarang Batu 10,” jelasnya, Selasa (15/8/2023).

Saat bakti sosial Pemuda Batak Bersatu (PBB) Tanjungpinang, dia juga menyumbang darahnya. Selain itu, jika ada yang urgent membutuhkan darahnya, dia langsung bersedia.

“Kadang di grup (WhatsApp) ada yang butuh darah secepatnya, saya langsung pergi. Yang penting bisa membantu menyelamatkan nyawa orang,” katanya seraya menyebutkan golongan darahnya A (+).

Bahkan, istrinya Dina Purba juga penyumbang darah di Tanjungpinang. “Istri saya pun pendonor darah juga. Kami selalu sama perginya kalau ada kegiatan donor darah. Kebetulan golongan darah kami sama A Plus (A+),” bebernya.

Mr Black mengatakan, menyumbangkan darahnya selain membantu menyelamatkan orang, juga membuat dirinya sehat.

Jika biasanya dia mengalami sakit di bagian tengkuknya, namun setelah donor darah, tubuhnya serasa ringan, segar dan rasa sakit di tengkuk langsung hilang.

“Enak badan siap donor darah ini. Orang mungkin tak percaya, tapi saya sudah belasan kali dan tidak lemas. Kata orang kita akan lemas karena darah sudah berkurang, itu tak benar,”

“Saya aja bisa langsung main voli dan badminton setelah donor darah. Saya sudah tanya petugasnya. Bisa tak kerja berat setelah donor darah? Kerja berat seperti apa? Main voli atau badminton. Bisa, tak apa kalau olahraga itu. Makanya saya langsung main voli atau badminton. Tidak ada masalah,” katanya dengan nada serius.

Pesan dia, bagi yang ingin menyumbang darah harus mengetahui satu hal yakni, darah yang kita sumbangkan hanya untuk menyambung nyawa orang lain. Bukan untuk mendapatkan uang. Selain itu, untuk kesehatan sendiri.

“Jangan harap dapat uang. Salah jika ada prinsip seperti itu. Kita hanya membayangkan orang yang terbaring di rumah sakit akhirnya sehat kembali dengan bantuan darah kita. Itulah yang selalu saya pikirkan,” ungkapnya.

Lalu seperti apa awal mula Tumbur hingga mau donor darah? waktu itu dia dapat informasi di Tanjungpinang sedang kehabisan darah sementara yang membutuhkan sangat banyak.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjungpinang pun menggelar bakti sosial donor darah dan mengundang masyarakat yang ingin mendonorkan darahnya.

“Aku merasa kasihan membayangkan mereka. Makanya aku langsung pergi ke rumah sakit daerah (RSUD). Sampai disana, langsung ditanya mau ngapain? Saya bilang mau donor darah, tapi tak tahu apa golongan darahku,”

“Saat itu lah aku baru tahu kalau golongan darahku A+. Mulai dari situ aku rutin donor darah. Jadi yang pertama kali itu karena ingin membantu dan itulah prinsip yang sebenarnya bagi pendonor darah,” ungkapnya.

Sebelum donor darah, petugas akan memberi kertas untuk isian. Surat pernyataan itu dibuat untuk mengetahui apakah calon pendonor memiliki riwayat penyakit atau tidak.

“Itu wajib kita isi. Nanti ditanya, terakhir makan obat apa? Apakah ada penyakit atau tidak? Kita harus jujur menjawabnya karena tidak semua darah bisa disumbangkan jika ada penyakitnya,” ucapnya.

Aktif di Bidang Sosial, Adat dan Marga

Tumbur dalam kehidupan sehari-harinya selalu berdoa dan mengucap syukur. Seperti apa pun kondisinya dia tetap mengucap syukur dan tidak banyak mengeluh.

Kini, Tumbur dan keluarganya adalah jemaat Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI) Tanjungpinang. Meski bukan pengurus, namun dia selalu taat beribadah.

Di bidang sosial, Mr Black juga aktif salah satunya dengan menjadi angota Pemuda Batak Bersatu (PBB) Tanjungpinang yang memang banyak bergerak di bidang sosial kemasyarakatan.

Untuk perkumpulan marga-marga, Tumbur menjadi anggota Punguan Borsak Mangatasi Nababan Tanjungpinang Kijang sekitarnya (sebagai hula-hula).

Anggota Punguan Si Raja Purba Tanjungpinang Kijang sekitarnya (sebagai boru). Punguan Borsak Bimbinan Hutasoit Tanjungpinang Kijang sekitarnya (sebagai bere) dan Punguan Si Raja Naipospos Tanjungpinang Kijang sekitarnya (sebagai ibebere).

Di Punguan Borsak Mangatasi Nababan Tanjungpinang Kijang sekitarnya sendiri, Tumbur pernah menjabat sebagai sekretaris dan kini menjadi anggota biasa.

Dia juga sering mengikuti acara pesta atau acara adat lainnya termasuk membesuk orang sakit, mangapuli (memberi penghiburan) kepada keluarga yang berduka hingga pesta bona taon marga-marga yang diadakan setiap tahun.

Mr Black ini sebenarnya ingin menjadi Parsinabung di marganya sendiri. Bahkan dia sudah pernah belajar, namun tidak mudah baginya untuk mendalami ilmu adat Batak itu.

“Rupanya tidak mudah jadi Raja Parhata (Parsinabung). Orang-orang yang bertalenta lah yang cocok. Tak taulah ke depannya saya bisa jadi Parsinabung nanti,” ucapnya.

Tumbur Hian Nababan merupakan kelahiran, Tanah Gayo Aceh, 25 Oktober 1981. Masa kecilnya hinga Sekolah Dasar (SD) dihabiskan di Aceh. Setelah itu mereka pindah ke Jakarta.

SMP dan SMA ditempuh di Jakarta. Disanalah orangtuanya jualan hingga akhirnya membuka usaha tahu tempe. Namun usaha itu bangkrut hingga akhirnya ekonomi mereka terpuruk.

Tumbur pun memutuskan untuk pergi merantau. Rencananya mereka ingin menemui adik perempuan temannya Rudi Sipahutar di Batam yang berujung berlabuh di Tanjungpinang.

Dari modal beberapa helai pakaian, Tumbur kini telah menaklukkan Tanjungpinang. Dia sukses di perantauannya ini. “Semua itu berkat Tuhan dan doa orang tua, keluarga serta teman-teman semua,” ungkapnya.

Tulisan ini hanya sebagai motivasi bagi siapapun agar bekerja keras dan selalu berdoa serta yakinlah suatu saat akan terjadi perubahan dalam hidup ini. Roda kehidupan selalu berputar.***

Penulis : MARTUNAS SITUMEANG

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles