Jumat, September 22, 2023
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Umat Kristiani di Kepri Siap Divaksin

Bamag Gelar Seminar dan Webinar
TANJUNGPINANG – Umat nasrani di Kepri siap mengikuti vaksinasi. Terlebih vaksinasi ini adalah bentuk kasih sayang pada diri sendiri, pada sesama terlebih kepada Tuhan Sang Pencipta.

Ditinjau dari segi injil, ada beberapa hal yang perlu diketahui umat kristiani. Yakni, sayangilah Tuhan dan sesama manusia. Tujuan dari vaksinasi adalah agar tercapai herd immunity atau kekebalan tubuh kelompok.

Karena itu, umat nasrani pun harus divaksin. Karena vaksinasi bukan saja membuat seseorang kebal akan Covid-19, juga akan membuat kebal sesama. Ini bentuk kasih sayang terhadap sesama.

Hal ini disampaikan Pdt. Fentje E Palit (Pendeta GPdi Bintancenter) di acara Seminar (offline) dan Webinar (online) yang digelar Badan Musyawarah Antar Gereja (BAMAG) Provinsi Kepri, Selasa (2/3).

Pdt. Fentje salah satu dari tiga narasumber yang diundang. Dua narasumber lainnya yakni, Dr Johan Intan (Pemilik Klinik Intan Medika serta dr Anthony Simatupang, M.PD.K (Pembakris Tanjungpinang) yang juga dari unsur pemerintahan.

Fentje menjelaskan, di Alkibat juga ada tertulis perintah Tuhan kepada umatnya. ”Penuhilah Bumi, beranak cucu dan taklukkanlah,” jelasnya.

Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah, manusia diberi Tuhan perintah untuk beranak cucu. Dalam kehidupannya, manusia juga harus menalukkan Bumi. Salah satu yang saat ini harus ditaklukkan manusia adalah Covid-19.

Masih ada ayat lain yang dikutip Fentje dari Alkibat yakni dari kitab Ulangan dan Imamat. Manusia diminta untuk bekerja serius dan bersungguh-sungguh serta manusia harus sangat berhati-hati.

Dalam pandemi ini, tidak hanya masyarakat biasa yang harus bersungguh-sungguh menanganinya. Demikian juga dengan para ilmuwan dan tenaga medis.

Kemudian, dia juga mengatakan, sangat berhati-hati itu untuk menangkal perbuatan jahat yang bisa mengalihkan dan menyesatkan perhatian seseorang.

”Iblis tidak bisa menghancurkan manusia. Tapi, iblis bisa mengalihkan perhatian kita. Jika saat ini, ada yang cari sensasi dengan mengatakan, vaksinasi itu merupakan tanda-tanda akhir zaman, itu salah. Benar-benar salah. Umat kristiani jangan percaya itu,” ungkapnya.

Karena itulah, Kita sudah diingatkan agar sangat berhati-hati dengan orang yang akan menyesatkan umat nasrani. Itu sangat salah ditinjau dari injil. Dan jangan percaya itu.

Kemudian, harus percaya dengan pimpinannya. Karena pimpinan itu pilihan Tuhan. Dan pimpinan itu tidak ada yang mencelakai warganya. Pimpinan itu selalu berniat untuk melakukan yang terbaik untuk rakyatnya.

Sehingga, apabila ada beberapa orang yang menyebutkan, vaksinasi ini menggunakan barcode sebagai tanda-tanda setan dengan angka 6.6.6, itu jelas keliru. Hati-hati. Jangan percaya.

Anthony sendiri menyampaikan materinya dari segi aturan yang dibuat pemerintah terkait vaksinasi ini. Presiden RI, Joko Widodo telah mengeluarkan Perpres No.99 tahun 2020 tentang vaksinasi.

Seiring dengan perjalanannya, masih ada warga yang pro kontra akan vaksinasi ini. Sehingga, Presiden merevisi Perpres tersebut menjadi No.14 tahun 2021 tentang vaksinasi.

Bedanya dalam Perpres tersebut, sudah ada sanksi bagi yang tidak mau divaksin. Jika kembali pada isi Alkibat tadi, maka semua umat kristiani harus patuh pada pemimpinnya. Sehingga, tanpa sanksi itupun, sudah harus ikut divaksinasi.

Kembali pada Anthony, dia mengatakan, setelah adanya Perpres tersebut, maka Menteri Kesehatan membuat Permenkes sebagai turunannya sehingga bisa diimplementasikan di masyarakat.

Dalam Permenkes tersebut diatur secara detail arti dan maksud dari Perpres tersebut baik itu dari pengadaan vaksin, pelaksanaan, monitoring hingga pelaporannya nanti.

Adapun tujuan vaksinasi itu adalah untuk mencapai kekebalan kelompok. Karena itulah, sekitar 70 persen masyarakat Indonesia akan divaksinasi. Rencananya, akhir tahun 2021 ini sudah selesai semua divaksin.

Untuk pelaksanaannya, dia mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan tim medisnya. Anggarannya dari pemerintah baik APBN maupun APBD.

Kemudian, tahapannya juga sudah diatur. Yang pertama adalah tenaga medis, kedua, pelayan publik lalu masyarakat umum.

Dia meminta masyarakat jangan ragu dengan vaksinasi ini. Meski pun setelah disuntik terasa ada pegal, namun itu tak seberapa jika dibandingkan nanti terpapar virus tersebut.

Dia juga meminta para tokoh agama Kristen di Kepri agar menyampaikan masukan ke pemerintah, kapan pengurus gereja-gereja divaksinasi. Karena mereka juga pelayan publik. Pelayan umatnya.

dr Josua mengatakan, Covid-19 merupakan penyakit yang ditimbulkan SARS-associated coronavirus (SARS-CoV). Inilah nama virus tersebut.

Dijelaskannya, dari 100 orang, ada 15-20 orang yang terinfeksi virus ini. Ada 5 kelompok terinfeksi virus ini yakni, Orang Tanpa Gejala (OTG), Ringan, Sedang, Berat dan Fatal.

Bahayanya adalah OTG. Seseorang dikatakan OTG yakni, sudah terpapar Covid-19, namun tidak menunjukkan gejala. Adapun gejala sudah kena virus ini seperti, pilek, demam, batuk kering, sesak nafas. OTG, kata dia, jelas-jelas bisa menyebar virus ini.

Sedangkan kelompok, Ringan, Sedang dan Berat tingkat kesembuhannya 96 persen. Artinya, dari 15-20 orang yang terinfeksi, boleh dikatakan hampir tidak ada kematian.

Kemudian, yang paling bahaya itu adalah kelompok Fatal karena 4 persen meninggal dunia. Fatal, berarti virus ini sudah menyerang dan masuk ke saluran pernafasan paling dalam (alveoli).

”Kalau sudah masuk ke saluran pernafasan paling dalam, maka seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan sesak nafas. Dan ini banyak membawa pada kematian,” ungkapnya.

Lalu, apa hubungannya dengan vaksin? Kata dia, seseorang malah tak perlu divaksinasi jika kekebalannya tubuhnya bagus. Kekebalan tubuh itu, dalam bahasa medisnya disebut antibodi immunoglobulin G (IgG).

Hal itu disampaikannya menjawab pertanyaan seseorang peserta seminar/ Meski demikian, dia tetap mengatakan, sebaiknya mereka yang memang diperbolehkan divaksin, sebaiknya divaksinlah.

Dijelaskannya, virus Korona itu seperti bola berduri. Jika seseorang daya tahan tubuhnya kuat, itu artinya IgG kuat. Ketika IgG dalam tubuh seseorang banyak dan kuat, maka sel darah putih akan tumbuh cepat.

Sel darah putih ini ternyata musuhnya Korona. Karena sel darah putih itu memiliki akar yang panjang dan banyak. Jika IgG banyak, tentu sel darah putih banyak.

Ketika Korona masuk dalam tubuh, maka langsung dikeroyok IgG tadi. ”Kalau IgG kita sedikit, mereka akan kalah. Maka virus ini yang akan menguasai inang (tubuh) kita. Bahayanya, bagian tubuh lainnya bisa rusak. Kalau virus ini sudah berkuasa di tubuh kita, maka pendeta akan dipanggil (mendoakan),” katanya dengan bahasa yang lebih awam dan halus.

Karena itulah, vaksinasi ini untuk menambah dan menumbuhkan IgG dalam tubuh manusia. Jika Korona masuk ke tubuh, IgG akan menghancurkannya.

Membahas pandemi, kata dia, ada tiga hal yang harus diketahui yakni, antigen, antivodi dan vaksinasi. Antigen (apa itu Corona, apakah ada dalam tubuh). Antibodi, untuk mengetahui kekebalan tubuh kita dan vaksinasi untuk menguatkan tubuh kita melawan virus ini.

”Jadi, vaksinasi ini bukan mengobati kita. Tapi mempersiapkan kekebalan tubuh kita agar bisa bertahan dari Korona,” ucapnya.

Josua juga mengatakan, seseorang yang sudah divaksin bukan berarti tidak bisa lagi terpapar Korona. Namun, seandainya pun terpapar, maka mereka sama saja dengan gejala kelompok ringan dan sedang yang bisa dinyatakan sembuh 100 persen alias tidak membawa kematian.

Seorang pendeta yang menjadi peserta saat itu sempat bertanya, apakah vaksinasi ini cukup dua kali saja seumur hidup atau akan divaksin lagi jika virus Korona ini bermutasi?

dr Josua mengatakan, saat ini pengetahuan manusia tentang Covid-19 ini belum komplit dan masih terus dipelajari, diselidiki para ahli maupun ilmuwan.

Yang jelas, dari semua jenis virus baru yang pernah muncul di dunia, inilah sejarahnya umat manusia mencacat sejarah berhasil menciptakan vaksin kurun waktu tidak sampai satu tahun.

Dan vaksin yang diproduksi berbagai negara saat ini merupakan hasil kerja keras. Jika vaksin tidak segera ditemukan, maka makin sulit menangani pandemi ini.

Memang, saat ini sudah ditemukan varian baru dari Korona yakni varian Inggris, Afrika dan Amerika Serikat.

Namun dia meminta masyarakat jangan resah. Sebab, salah seorang profesor dari Colombia University Amerika Serikat mengatakan, apabila Korona bermutasi 5-10 persen, itu tak masalah.

Artinya, vaksin yang ditemukan saat ini masih bisa menahannya. Namun, apabila virus ini bermutasi gila-gilaan hingga akhirnya banyak jenis, maka harus ditemukan vaksin baru untuk melawannya.

”Kita doakanlah supaya tidak muncul varian baru. Jangan sampai adalah varian negara kita ini. Karena sampai saat ini, pengetahuan manusia soal virus ini belum komplit. Bisa saja selalu ada hal-hal baru nanti,” jelasnya.

Dan dia juga tidak bisa memastikan apakah vaksinasi ini hanya sekali atau beberapa tahun ke depan harus divaksin lagi. Siklus Korona ini baru setahun. Sehingga, masih akan terus dipelajari dan dievaluasi.

Ketua Bamag Kepri, Pendeta Yaaro D Zebua mengatakan, apa yang disampaikan para narasumber tersebut sangatlah penting dalam kehidupan umat kristiani di Kepri.

Untuk itu, dia meminta agar semua pendeta menyampaikannya kepada jemaatnya. Sehingga, informasi ini tersampaikan dengan baik.

Dia menyampaikan, hampir semua umat Nasrani di Kepri siap divaksin. Sehingga, kehidupan ini kembali normal seperti dulu.

Ketua Panitia, Simon Awantoko mengatakan, Korona ini telah mengejutkan dunia. Dan saat ini menjadi masalah global yang harus ditangani bersama.

Pemerintah Indonesia telah memulai vaksinasi dan masih ada informasi yang keliru di tengah masyarakat. Untuk itulah, Bamag Kepri menggelar seminar dan webinar ini agar informasi yang benar tersampaikan dengan baik ditinjau dari segi medis maupun injil. (rls/ang)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles