Oleh: Suyono Saeran
Anak muda ini terus bergerak. Suara-suara cibiran dan suara sumbang tidak dia hiraukan. Langkah kakinya terus menyusuri gang-gang kecil dan perkampungan-perkampungan di berbagai daerah di Kabupaten Bintan. Hujan dan terik tidak peduli.
Langkahnya terus dia ayunkan ke rumah-rumah untuk menebar salam. Senyum dan sapa hangat selalu dia berikan ketika bertemu dengan semua orang.
Anak muda itu Roby Kurniawan SPWK. Seorang anak muda yang namanya selalu jadi pembicaraan di kalangan masyarakat Bintan. Di kedai kopi, di kantor-kantor dan di pesisir-pesisir pedalaman namanya seolah menggaung memenuhi langit Bintan.
Dia memang seorang politisi muda yang diprediksi banyak orang punya jalan terang di masa depan. Tidak hanya santun, ramah dan bersahaja, Roby dikenal juga punya pemikiran dan gagasan cemerlang bagaimana seharusnya anak muda seperti dirinya memposisikan diri sebagai agen of change bagi daerahnya.
Dia tidak banyak bicara. Tapi isi kepala, tangan dan kakinya tidak pernah berhenti untuk sebuah gerakan bagaimana mengemas Bintan jadi daerah impian bagi semua orang.
Lelaki kelahiran 3 Juni 1993 ini memang mewarisi sifat ayahnya, H. Ansar Ahmad SE MM. Seorang politisi senior Partai Golongan Karya Kepulauan Riau yang namanya begitu melekat kuat di semua kalangan masyarakat Kepri.
Namun apa yang dilakukan Roby Kurniawan tidak pernah mendompleng nama besar ayahnya. Roby bergerak sendiri dengan konsep pemikiran sendiri. Bagi Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Provinsi Kepri ini, kemandirian adalah jiwa besar seorang pejuang.
“Bapak memang selalu menekankan soal konsistensi dan keteguhan sikap. Namun satu hal yang membanggakan saya soal pesan beliau adalah bagaimana menjaga nama baik,” ujar Roby Kurniawan di suatu waktu.
Nama besar ayahnya memang memiliki pengaruh dalam perjalanan karier politiknya, namun menurut Roby, hal ini menjadi tanggung jawab yang harus dia emban.
Setidaknya dia harus menjaga nama besar itu dengan tindakan-tindakan dan pemikiran yang cerdas dan baik, tidak hanya bagi keluarga dan lingkungan tetapi juga bagi masyarakat luas.
Suami dari Hafizha Rahmadhani ini memulai karier politiknya sebagai Pengurus DPP Partai Golkar yang ditempatkan di Departemen Bidang Hubungan Luar Negeri tahun 2016.
Kemudian tahun 2020, Ketua DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto memberi kepercayaan kepada Roby Kurniawan untuk duduk sebagai Kepala Departemen Bidang Industri DPP Partai Golkar. Airlangga Hartarto tertarik dengan ide-ide cerdasnya tentang revolusi industry dan konsep pengembangan usaha kecil menengah yang digagas ayah dari Shameera ini.
Sebagai politisi muda, Roby Kurniawan yang kini maju sebagai Calon Wakil Bupati Bintan mendampingi Apri Sujadi ini juga sudah membuktikan kalau dirinya bukan ‘anak kemarin sore’ yang tidak tahu apa-apa. Ketika dalam perhelatan kontestasi pemilihan umum legislative tahun 2019 dia memberanikan diri maju sebagai calon anggota DPR RI.
Roby sengaja mengambil daerah pemilihan Jakarta II yang meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan wilayah luar negeri. Roby ingin membuktikan kiprahnya di dunia politik yang persaingannya cukup keras karena di Dapil tersebut bertengger nama-nama tokoh besar nasional dan tokoh-tokoh penting dan senior dari Partai Golkar.
Meski begitu Roby tidak gentar. Dia terus dengan semangat mudanya berkampanye keliling Jakarta dan luar negeri.
Dan dari hasil perhitungan suara yang diperolehnya, juga sudah membuktikan kalau Roby bukan anak muda yang biasa. Meski baru pertama kali mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR RI, namanya bertengger di urutan ke dua dari daftar perolehan suara Caleg DPR RI Dapil Jakarta II dari Partai Golkar.
Roby hanya kalah tipis dengan Christina Aryani, seorang politisi perempuan senior Partai Golkar.
“Waktu itu saya sengaja meminta untuk ditempatkan di luar Kepulauan Riau dan memilih Dapil Jakarta II. Ini komitmen jiwa besar saya bahwa ditempatkan di mana pun, kita bisa menjalankan tugas dengan baik, bisa menjaga eksistensi, dan diterima masyarakat,” ujarnya.
Berbicara mengenai aktif, dinamis, dan kritis, sosok politisi muda anak bungsu Ansar Ahmad ini menyebutkan bahwa anak muda yang hanya bergantung pada nama besar keluarga, tidak akan lagi bisa bertahan dari persaingan.
“Mau anak siapa, cucu siapa, kalau tak berkualitas, tak punya kompetensi, bakal tak didukung publik. Dia akan sendirinya teraleneasi,” ujar Roby serius.
Menurutnya, saat ini rakyat sudah pintar menentukan dan memilih seorang pemimpin yang mereka inginkan. Modal seorang pemimpin bukan karena popularitas belaka, melainkan karena kemampuannya bagaimana memberikan solusi ketika persoalan melanda masyarakatnya.
“Masyaraka sekarang sudah semakin cerdas. Saya rasa mereka akan memiliki pilihan yang tepat. Mereka tidak mau main-main dengan nasibnya. Salah memilih pemimpin, lima tahun nasib masyarakat dipertaruhkan,” katanya kalem.
Membaca gesture Roby Kurniawan memang membaca seorang Ansar Ahmad. Seorang yang dari sisi etika selalu menunjukkan kesantunan dan rendah hati. Nada bicaranya lembut dan selalu menjaga sikap ketika bertemu dengan orang-orang di sekelilingnya.
Meski usianya masih sangat muda, namun Roby Kurniawan bisa menunjukkan seorang yang matang dalam berpolitik. Mengambil istilah Jawa, Roby tidak pernah ‘grusa-grusu’ dalam mengambil sebuah keputusan. Selalu tenang menghadapi segala situasi sampai bisa mengambil keputusan tepat yang bisa menyenangkan semua orang. Memang benar, apa kata orang, buah jatuh memang tidak pernah jauh dari pohonnya. ***