TANJUNGPINANG- Penetapan nama Bandara Tambelan di DPRD Bintan menuai masalah. Bahkan dianggap mala praktik. Karena tidak melalui pembahasan serius di dewan. Hanya Wakil Ketua DPRD Bintan Agus Hartanto menumpang moment Paripurna Anggaran Perubahan dengan membaca satu nama yakni Kandil Bahar.
Anggota Dewan diminta tandatangan tanpa penjelasan mengapa memilih nama tersebut.
” Saya juga kaget mengapa langsung muncul satu nama. Padahal ada usulan nama lain yang tidak dijelaskan di depan anggota DPRD secara ilmiah. Karena tidak beres, saya ke luar ruangan tak mau teken,” ujar Najib, Ketua Komisi III DPRD Bintan kemarin.
Menurut dia, harusnya setiap keputusan DPRD melalui kajian ilmiah. Tak menelan mentah mentah usulan dari masyarakat. “Kalau ini saya lihat tidak ada pembahasan tapi tiba tiba langsung ke satu nama. Itu tidak benar namanya dan cacat administrasi. Bahkan anggota DPRD yang hadir saja tidak tahu apa maksud Kandil Bahar karena memang tak ada penjelasan sebelumnya,” kata Najib.
Pemberian nama Bandara Tambelan di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri menuai polemik. Karena nama yang disetujui DPRD Bintan adalah nama Kandil Bahar. Nama tersebut bukan berdasar catatan sejarah yang sudah diabdikan dalam buku maupun jurnal. Nama hanya sekedar cerita rakyat atau dongeng
“Sekedar masukan kepada Pak Bupati, sebaiknya memberikan nama Bandara Tambelan perhatikan juga data data ilmiah dan catatan sejarah,” ujar Robby Patria, mahasiswa S3 asal Tambelan.
“Saye kire aspirasi masyarakat sah sah saja. Tapi argumen dasarnya harus dipertimbangkan dengan rasional. Memenuhi syarat gak sebagai bahan pertimbangan kalau hanya berdasar kisah kisah dari cerita rakyat setempat,”kata Robby.
Menurut dia, Bupati Bintan, maupun DPRD Bintan bisa pakai nama-nama yang sudah tercatat dalam sejarah melalui proses ilmiah.
Kalau nama bandara itu nama tempat, ya nama Tambelan lebih baik dari Kandil Bahar. Karena Kandil bahar tak dapat dijelaskan secara ilmiah kisah kisahnye. Berdasarkan pada katanya katanya. Masa’ nama bandara berdasarkan katanya katanya dan atau dongeng. Karena catatan sejarah oleh siapa penulisnya belum ditemukan siapa yang menyebut nama Kandil Bahar? Dari mana asal Kandil Bahar? Cahaya dari mana? Bagaimana cahaya itu?
Dikatakan, jika ingin nama nama orang setara internasional, ya Sultan Abdullah Muahaiyat Syah. Tercatat dalam sejarah Melayu Riau, Johor Malaka, Indonesia. Sultan Johor termasyhur keturunannya menjadi menjadi Sultan Johor.
Kalau mau nama tokoh, ya Adnan Kasim. Tokoh nasional, pejuang dan memiliki rekam jejak di tiga provinsi Kepulauan Riau, Riau dan Jambi. Kalau Bang Apri Sujadi ingat atau kenal Kombes Pol Azuan Adnan, beliau anaknya Adnan Kasim. Bahkan untuk tokoh tingkat lokal ya Datok Kaya Hasnan.
“Pak Bupati, jangan usulkan nama Kandil Bahar lah ke Kementerian Perhubungan. Karena nama itu dibuat soal cerita selembar kertas pun ndak sanggup rasenye. Karena referensi sulit,” ujarnya.
Dia meminta sebelum Pak Bupati mengirim nama Kandil Bahar ke Kementerian Perhubungan, sebaiknya diadakan dengar pendapat dengan yang paham sejarah dahulu biar kita tak dianggap tak memahami sejarah. (sp)