Sudah Dipasarkan di Tanjungpinang, Bintan, Batam
TANJUNGPINANG – Sagu parut kering atau sapuring salah satu alternatif yang bisa membantu peternak untuk menghemat biaya hingga 15 persen. Sapuring kini mulai dipasarkan di Tanjungpinang.
Sapuring bukanlah pakan utama ternak. Namun, sapuring alternatif campuran (bahan baku) pakan. Karena harganya lebih murah dan stoknya banyak, sapuring ini bisa menekan pengeluaran peternak.
Sapuring dibuat dari bagian dalam batang sagu yang diparut dan dikeringkan. Pembuatan sapuring ini dimotori oleh BUMDes Bersama Rumbio Nusa Mandiri Kecamatan Merbau Kabupaten Meranti bekerjasama dengan PT Pengembangan Sumberdaya Manajemen Tanjungpinang dan dilakukan di beberapa desa di Kabupaten Kepulauan Meranti Riau.
Kini, pihak PT Pengembangan Manajemen Sumberdaya (PMS) Tanjungpinang sejak awal Agustus lalu mulai memperkenalkan dan memasarkan sagu parut kering atau sapuring ini di Provinsi Kepri khususnya Batam dan Bintan.
Petrus Sitohang, Dirut PT Pengembangan Manajemen Sumberdaya Tanjungpinang mengatakan, dari hasil analisa laboratorium atas sampel sapuring menunjukkan bahwa setiap kilogram sapuring mengandung energi sebanyak 3.676 K.kal (Kilo Kalori).
Sebagai perbandingan, jagung hanya menghasilkan 3.300 K.kal. dan dedak halus 1.630 K.kal. Sehingga sapuring menjadi sumber energi bagi ransum pakan ternak yang sangat bagus dan lebih ekonomis.
Hal ini disampaikan oleh Petrus M. Sitohang, Direktur Utama PT PMS di sela-sela kunjungan Technical Service ke beberapa peternak yang selama ini telah menggunakan sapuring untuk ternak-ternaknya di beberapa kawasan sentra peternakan ayam, bebek dan babi di Batam, Minggu (13/9/2020).
Kunjungan technical service ini dilakukan dengan membawa serta tenaga ahli kesehatan peternakan dari Sumatera Utara yakni drh. Nometta Sembiring, M.Pt.
Hadir juga dalam kunjungan ke beberapa kandang milik peternak di kawasan Jembatan IV Barelang ini anggota DPD RI asal Kepri Haripinto Tanuwijaya yang didampingi beberapa stafnya.
Dalam kesempatan technical service tersebut selain diisi dengan melihat kandang-kandang ternak secara langsung, juga diadakan dialog antara para peternak dengan drh. Nometta Sembiring, M.Pt mengenai cara beternak yang baik.
Dalam kesempatan tersebut Nometta Sembiring menekankan, untuk mendapatkan hasil ternak yang baik ditentukan oleh 3 faktor yaitu bibit ternak, pakan dan perawatan kesehatan ternak.
Ketiga faktor tadi semua penting. Namun dari ketiga faktor itu menurut Nometta pakan ternak adalah yang paling mahal yakni mencapai 70-80% dari keseluruhan biaya ternak.
Oleh karena itu kehadiran sapuring sebagai campuran pakan yang organik adalah langkah baik karena mengandung energi yang tinggi, sifatnya yang organik dan suplai yang terjamin.
Dari beberapa simulasi ransum pakan yang menggunakan sapuring sebagai salah satu komponen pakan yang dilakukannya bersama timnya untuk ayam dan bebek dia bisa mendapatkan penghematan harga sampai 15% setiap Kg dibandingkan pakan pabrikan yang ada di pasaran saat ini.
Namun demikian, dia menyarankan agar para peternak harus sering berkonsultasi dengan pakar di bidang pakan dalam meramu ransum pakan yang tepat.
Karena dalam meramu ransum ternak apakah itu jenis unggas, ruminansia dan monogastrik harus selalu memperhatikan usia ternak, berat ternak, jenis ternak (petelur atau pedaging) dan kondisi ternak.
Dalam kesempatan itu, Petrus M. Sitohang mengatakan, ke depan pihaknya akan melakukan kegiatan semacam ini secara kontiniu guna memberikan edukasi cara beternak yang baik, menguntungkan dan juga untuk mendapatkan umpan balik dari para peternak atas penggunaan sapuring ke ternak-ternaknya.
Dia juga menjelaskan bahwa saat ini beberapa orang sudah mencoba membuat pakan jadi dengan komponen sapuring.
”Sampel pakan jadi yang dibuat dari bahan sapuring dan bahan-bahan lainnya seperti dedak, jagung, kepala ikan dan lain-lain sudah kita kirimkan ke Balai Penelitian Ternak di Ciawi untuk dianalisa kandungannya,” ungkapnya.
”Kalau komposisi kandungannya sudah memenuhi kebutuhan ternak untuk tumbuh sehat dan produktif, maka tidak lama lagi Kepri akan mulai mampu memproduksi pakan ternak sehingga dapat menyediakan pakan ternak yang lebih murah,” demikian Petrus Sitohang mengakhiri. (*/ang)